Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini kenaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan tak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi. Ini karena bobot iuran BPJS Kesehatan terhadap perhitungan inflasi keseluruhan tak terlalu besar.
"Kami memang belum melihat. Tapi seingat saya, inflasi itu hasil dari bobot di dalam pengeluaran dikalikan kenaikan. Seingat saya, bobotnya tidak terlalu besar sehingga inflasinya tidak akan terlalu besar," ujarnya di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (30/8).
(Baca: Jokowi Teken Perpres Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Pekan Ini)
Ia juga menilai dampak kenaikan iuran BPJS Kesehatan terhadap inflasi hanya akan berlangsung sesaat. Ia pun meyakini inflasi secara keseluruhan hingga akhir tahun tetap akan rendah dan berada di bawah 3,5% sesuai target BI.
"Kami meyakini inflasi akhir tahun akan tetap sesuai target karena empat hal utama," ucap dia.
Pertama, tingkat permintaan saat ini berada di bawah kapasitas produksi yang potensial. Kedua, ekspektasi inflasi hingga saat ini masih terjaga baik di pasar keuangan, ekonom, konsumen dan produsen.
(Baca: Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, YLKI Usul Hapus Kelas Layanan)
"Ini bagian dari kepercayaan atau kredibilitas terhadap kebijakan yang ditempuh BI maupun pemerintah," kata Perry.
Ketiga, nilai tukar rupiah yang stabil. Hal ini, menurut dia, membuat Indonesia tak terlalu berdampak pada rendahnya harga internasional. Keempat, koordinasi yang sangat erat antara BI dengan pemerintah pusat maupun daerah turut menjaga inflasi.
"Koordinasi ini melalui tim pengendali inflasi (TPI) maupun tim pengendalian inflasi daerah (TPID)," jelasnya.