Sistem Pengendalian Inflasi Dinilai Belum Berjalan Sempurna

ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengungkapkan, early warning system atau sistem peringatan dini pengendalian inflasi di Indonesia belum sempurna.
26/7/2019, 17.27 WIB

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengungkapkan, early warning system atau sistem peringatan dini pengendalian inflasi di Indonesia belum sempurna. "Hal ini menyebabkan penanganan inflasi di Indonesia masih lambat," katanya saat dihubungi Katadata.co.id, Jumat (26/7).

Dengan adanya sistem peringatan dini, Bhima menilai penanganan inflasi akan lebih cepat dan tidak berlarut-larut. "Keadaan itu juga tidak akan dimanfaatkan oleh para tengkulak untuk memainkan harga di tingkat petani maupun pasar," kata dia.

Koordinasi antardaerah harus menjadi poin utama dalam mengendalikan inflasi. Kerjasama antar Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sangat diperlukan terutama saat pasokan salah satu komoditas sedang mengalami kelangkaan.

Selama ini strategi pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) di atas kertas selalu bagus, tapi, menurut dia, yang penting implementasinya. "BI tinggal fasilitasi, kepala daerah harus kerja keras. Apalagi diimbangi teknologi nantinya. Jika ini berjalan mulus, lima tahun ke depan inflasi bisa lebih baik lagi," ujarnya.

(Baca: BI Catat Inflasi Minggu Ke-4 Juli 0,23%, Disulut Harga Cabai dan Emas)

Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya mengatakan terdapat tiga strategi yang akan dilakukan BI dalam mengendalikan inflasi tahun ini. Strategi pertama adalah sinergi semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Kepolisian.

"Sinergi penguatan infrastruktur, khususnya distribusi pangan, perlu ditingkatkan, terutama di wilayah luar Jawa," kata Perry di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kemarin.

Selanjutnya, strategi kedua yang akan dilakukan BI adalah melakukan adaptasi terutama dalam hal pemanfaatan teknologi informasi. "Teknologi sudah sangat canggih, maka inovasi digital dari produksi hingga pemasaran bisa memudahkan distribusi (barang dan jasa)," ucap dia.

Perry juga mengharapkan inovasi teknologi digital tersebut bisa memperpendek mata rantai pasokan kepada konsumen dan meningkatkan nilai tambah bagi para petani. Lalu, strategi yang terakhir adalah membuka ruang inovasi dan memperkuat model bisnis perdagangan antardaerah.

(Baca: Jusuf Kalla: Indonesia Masih Butuh Inflasi)

Reporter: Agatha Olivia Victoria