Nilai tukar rupiah dibuka menguat pagi ini, Kamis (11/7), pada level Rp 14.105 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda saat ini semakin naik ke Rp 14.095 per dolar AS atau sebesar 0,26% dibanding penutupan semalam. Penguatan ini merupakan pergerakan balik arah setelah sejak awal pekan rupiah cenderung melemah.
Pemicu pembalikan arah rupiah tersebut karena Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve System (The Fed) Jerome Powell semalam memberi sinyal kepastian akan memangkas suku bunga. Pernyataan ini ia sampaikan saat bertemu dengan Komite Keuangan DPR AS.
(Baca: Rupiah Melemah Seiring Penantian Pernyataan Gubernur The Fed)
Investor memprediksi suku bunga AS akan terpotong pada pertemuan Fed berikutnya, pada 30-31Juli. Powell melihat, ketegangan perdagangan dan kekhawatiran tentang ekonomi global membebani prospek ekonomi AS. "Kami telah sepakat untuk memulai lagi negosiasi dagang dengan Tiongkok dan itu adalah langkah konstruktif. Tapi itu tidak menghilangkan ketidakpastian," ujar Powell seperti dikutip dari Reuters.
Tercatat, mata uang utama dunia pun bergerak menguat karena dolar AS yang melemah. Yen Jepang naik 0,41%, dolar Kanada 0,18%, franc Swiss 0,26%, dolar Hongkong 0,03% dan won Korea Selatan menguat 0,69%.
Hasil dari risalah dari pertemuan The Fed pada Juni turut melemahkan dolar AS. Risalah itu mengonfirmasi kecenderungan di antara para pejabat bank sentral untuk segera melonggarkan kebijakan. "Pemotongan suku bunga pada bulan Juli sekarang sudah pasti," kata Ekonom Senior Global Aberdeen Standard Investments James McCann seperti dilansir dari Bloomberg.
Di tempat lain, data manufaktur yang kuat dari Prancis dan permintaan yang rendah pada lelang bund Jerman membebani utang pemerintah di Eropa. Tercatat, euro melemah 0,12% terhadap dolar AS. Selain itu, poundsterlling menghentikan penurunan ke level terendah dalam dua tahun karena data menunjukkan ekonomi AS rebound pada Mei.
(Baca: Kenaikan Harga Emas Dunia Berlanjut, Emas Antam Tertinggi Sejak 2017)