Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat, RI Tak Bisa Andalkan Ekspor

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Bank Dunia pangkas proyek pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,6%.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
7/6/2019, 17.15 WIB

Bank Dunia kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dari 2,9% menjadi 2,6%. Direktur Center of Economics Reform Piter Abdullah menilai situasi tersebut membuat Indonesia tidak bisa bergantung pada ekspor untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

"Kita masih bergantung kepada komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga ekspor tertekan," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (7/6).

Karena itu, pemerintah harus mengembangkan ekspor menuju pasar nontradisional, memanfaatkan perjanjian perdagangan internasional, dan menahan laju impor. Selain itu, pasar dalam negeri juga perlu ditingkatkan lantaran potensi di dalam negeri cukup besar.

Namun, ia mengatakan Indonesia masih memiliki peluang dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi dan investasi. Dari sisi investasi, kebijakan perlu diperbaiki guna menarik investasi asing langsung (foreign direct investment) ke dalam negeri.

(Baca: Efek Lebaran, Darmin Optimistis Ekonomi Kuartal II Tumbuh 5,2%)

Sementara dari konsumsi, pemerintah perlu berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga permintaan dalam negeri. Sebab, kebijakan moneter memiliki pengaruh besar kepada konsumsi masyarakat. "Jadi perlu pelonggaran likuiditas agar permintaan domestik bisa dinaikkan. Kredit juga harus dipacu lebih dari 12%," ujarnya.

Namun, Piter tetap optimistis target pertumbuhan ekonomi tahun ini dapat tercapai di kisaran 5,3%. Target dapat dicapai bila pemerintah melakukan terobosan untuk mendorong pertumbuhan investasi dan konsumsi.

Sementara, ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, Indonesia tidak akan banyak terpengaruh dari perubahan proyeksi pertumbuhan oleh Bank Dunia tersebut. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengandalkan konsumsi domestik.

"Kita masih andalkan domestik dengan menjaga daya beli," ujarnya. Momentum Lebaran diperkirakan turut mendorong konsumsi masyarakat selama triwulan II ini.

Namun, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa stagnan di kisaran 5% bila pemerintah terus menerus mengandalkan konsumsi. Menurut dia, satu-satunya cara mendorong pertumbuhan di atas 5% melalui investasi asing langsung. Sementara dari sisi ekspor, pemerintah belum memiliki harapan pada tahun ini.

(Baca: Peringkat Indonesia Naik, Saatnya Perbaiki Investasi Langsung Asing)

Investasi asing saat ini masih terhambat oleh ketidakpastian kabinet. Karena itu, David menyarankan pemerintah segera membentuk tim kabinet bayangan guna medorong investasi. "Investasi memerlukan kepastian menteri, terutama menteri ekonomi," ujarnya.

Sebagai informasi, Bank Dunia merevisi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini sebesar 2,6%, atau lebih rendah 0,3 poin dibandingkan proyeksi sebelumnya. "Kepercayaaan bisnis telah jatuh, perlambatan perdagangan global dan investasi juga terjadi di negara-negara berkembang,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass seperti dikutip dari Bloomberg.

Bank Dunia juga memperingatkan risiko perang dagang terhadap turbulensi pada sektor keuangan di negara berkembang. Pelemahan ekonomi juga diperkirakan terjadi di negara maju, khususnya Eropa.

Reporter: Rizky Alika