Kementerian Keuangan mengumumkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 101 triliun per April 2019, atau 0,63% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut lebih besar dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya Rp 55,1 triliun, atau 0,37% terhadap PDB.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan realisasi tersebut seiring kebijakan anggaran yang pro-aktif dalam melawan perlambatan ekonomi (countercyclical). Menurut dia, kebijakan anggaran yang countercyclical telah berkontribusi dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di atas 5%.
Ekonomi pada kuartal I 2019 tumbuh 5,07%, lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal I dalam tiga tahun terakhir. “APBN dari awal tahun hingga bulan April 2019 mampu melakukan fungsi sebagai countercyclical,” kata dia dalam Konferensi Pers APBN KiTa di kantornya, Jakarta, Kamis (16/5).
(Baca: Aksi Boikot Bayar Pajak Kubu Prabowo Dinilai Langgar Hukum Pidana)
Defisit APBN melebar seiring relatif terjaganya pertumbuhan belanja negara di tengah lesunya penerimaan negara. Belanja negara Rp 631,8 triliun, tumbuh 8,4% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan penerimaan negara Rp 530,7 triliun, hanya tumbuh 0,5% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Secara rinci, realisasi belanja negara berupa transfer ke daerah dan dana desa tercatat sebesar Rp 261,7 triliun, atau 31,7% dari target. Pertumbuhan tahunannya sebesar 3,9%. Kemudian, belanja pemerintah pusat sebesar Rp 370 triliun, atau 22,6% dari target. Pertumbuhan tahunannya 11,8%, dengan pertumbuhan paling kencang yaitu belanja kementerian dan lembaga 21,2%.
(Baca: Gelontorkan Rp 40 Triliun, Anggaran THR dan Gaji PNS ke-13 Naik 11,7%)
Sedangkan penerimaan negara terdiri dari penerimaan perpajakan Rp 436,4 triliun, atau 24,4% dari target. Rinciannya, penerimaan pajak Rp 387 triliun atau 24,5% dari target. Pertumbuhan tahunannya hanya 1%. Kemudian penerimaan bea cukai Rp 49,4 triliun atau 23,7% dari target. Pertumbuhan tahunannya 47%.
Sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat sebesar Rp 94 triliun atau 24,8% dari target. Pertumbuhan tahunannya minus 14,8%. Terakhir, hibah Rp 400 miliar atau 81,4% dari target. Pertumbuhan tahunannnya juga minus 64,3%.
(Baca: Jokowi Bisa Putuskan Biaya Pemindahan Ibu Kota Tanpa APBN)
Dengan perkembangan defisit anggaran tersebut, keseimbangan primer tercatat minus Rp 18,4 triliun. Adapun pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar Rp 296 triliun atau 1,84% terhadap PDB, dengan keseimbangan primer minus Rp 20,1 triliun tahun ini.
Target tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu yaitu defisit anggaran Rp 325,9 triliun, atau 2,19% PDB, dengan keseimbangan primer 87,3 triliun. Sejauh ini, pemerintah masih optimistis defisit APBN sesuai target.