Asosiasi Pengusaha Minta BI Mengkaji Penurunan Suku Bunga Acuan

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kanan) didampingi Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto (tengah) dan Dody Budi Waluyo (kiri), menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2019 di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (25/4/2019). Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Penulis: Rizky Alika
3/5/2019, 15.46 WIB

Pengusaha meminta Bank Indonesia (BI) untuk memangkas bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate usai penghitungan suara resmi pemilu pada 22 Mei 2019. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, penurunan bunga acuan dapat menjadi momentum di tengah kepercayaan pengusaha yang sedang meningkat.

Saat ini, pengusaha tengah optimis terhadap proses penghitungan pemilu. "Kepercayaan dunia usaha saat ini sama seperti waktu menyambut tax amnesty, sangat tinggi. Jadi BI harus mengambil posisi karena momentumnya (tepat)," kata dia di hadapan Gubernur BI, di Gedung BI Jakarta, Jumat (3/5).

Menurutnya, penurunan bunga acuan dapat menambah optimisme kalangan pengusaha. Oleh karena itu, ia berharap penurunan bunga acuan dapat dilakukan dalam rapat dewan gubernur BI bulan ini. Harapannya, BI mampu menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 hingga 50 basis poin (0,25%-0,5%).

"Kalau bisa, bunga acuan turun jadi 5,5% atau 5%. Namun, pemangkasan dalam jumlah besar dinilai akan lebih baik bagi dunia usaha," ujarnya.

(Baca: BI Luncurkan Kebijakan Akomodatif untuk Dorong Permintaan Domestik)

Meski ada potensi risiko global, Hariyadi mengatakan penurunan bunga acuan penting untuk mendorong investasi dalam negeri. Sebab, investasi domestik juga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengungkapkan posisi suku bunga acuan akan mengikuti stabilitas eksternal. "Di global meski tekanan sudah berkurang, tapi faktor ketidakpastian masih sangat tinggi sekali," kata dia.

Faktor ketidakpastian yang mempengaruhi perekonomian global ini datang dari situasi seperti misalnya perang dagang dan ketidakpastian Brexit, yang masih terus berlanjut. Selain itu, Erwin juga menyebut masih adanya risiko geopolitik yang belum usai.

Sebagai informasi, pergerakan dana asing dapat terpengaruhi oleh fenomena global. Investor asing akan menempatkan dananya di negara dengan imbal hasil yang lebih menguntungkan saat terjadi ketidakpastian global.

Menurut Erwin, BI akan tetap memastikan likuiditas di pasar uang tetap mencukupi. Meskipun bunga acuan telah naik sebesar 175 basis poin, suku bunga kredit tidak mengalami kenaikan. "Dana deposito naik, tapi suku bunga kredit turun. NIM (net interest margin) juga turun, tapi ROA (return on asset) naik. Ini suatu indikasi yang sangat positif," ujarnya.

(Baca: BI: Maret 2019, Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat)

Reporter: Rizky Alika