Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan bunga acuannya, BI 7-day reverse repo rate, pada Kamis (25/4) besok. Sejumlah ekonom memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di level 6%. Ada beberapa faktor yang diperkirakan akan membuat bank sentral ini mempertahankan suku bunga acuan.
Panel Ahli Katadata Insight Center Damhuri Nasution menilai BI belum memiliki peluang untuk menurunkan bunga acuannya yang telah ditahan di level 6% sejak November 2018. Pasalnya, penurunan bunga acuan BI sangat bergantung pada perkembangan ekonomi domestik dan global. Adapun, sikap bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed saat ini masih konservatif (dovish).
Bahkan, ada potensi The Fed memangkas bunga acuannya, Fed Fund Rate (FFR) pada tahun ini. “Bunga acuan BI diperkirakan tetap karena inflasi yang terjaga dan kurs rupiah yang relatif stabil,” kata Damhuri di Jakarta, Rabu (24/4).
Sementara, dari dalam negeri, ada perbaikan surplus neraca perdagangan selama dua bulan berturut-turut. Dengan demikian, defisit transaksi berjalan berpotensi menurun. Jika tren ini terus berlanjut dan inflasi tetap terjaga, Damhuri menilai BI memiliki ruang untuk menurunkan bunga acuannya pada triwulan III atau IV.
(Baca: Sehari Jelang Pengumuman Bunga Acuan BI, IHSG Dibuka di Zona Merah)
Setali tiga uang, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menilai bunga acuan masih pada posisi 6%. "Masih ada risiko bagi BI untuk menurunkan bunga acuan walaupun The Fed dan bank sentral global masih dalam tren dovish," ujarnya.
Sebab, penurunan bunga acuan BI akan mempersempit selisih imbal hasil (interest rate differential) Indonesia dan AS. Bila semakin selisih tersebut menyempit, arus modal asing yang hendak masuk ke Indonesia dapat beralih ke negara dengan imbal hasil yang lebih menarik.
(Baca: Sri Mulyani Pantau Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal I Masih Baik)
Tidak hanya itu, penurunan bunga acuan dapat memicu arus keluar dana asing secara tiba-tiba atau sudden reversal. Akibatnya, rupiah dapat kembali terpuruk.
Piter memperkirakan BI akan melonggarkan likuiditas dengan memanfaatkan bauran kebijakan. Kebijakan itu seperti pelonggaran operasi moneter atau bahkan meninjau Giro Wajib Minimum (GWM).