Nilai tukar rupiah pagi tadi dibuka di level Rp 14.136 atau turun 4 poin dibanding penutupan pasar spot sehari sebelumnya Rp 14.140 per dollar AS. Sentimen pasar masih tak jauh dari euforia kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang menahan suku bunga di 2,25%-2,5%.
Mengacu data Bloomberg, rupiah pelan-pelan bergerak melemah ke Rp 14.160 pada pukul 11.00 WIB tadi, namun kemudian menguat lagi ke Rp 14.150 per dolar AS.
Selama empat hari dalam sepekan, rupiah terus menguat. Pasar juga bereaksi positif terhadap keputusan Bank Indonesia yang kemarin menahan suku bunga acuan di level 6%.
(Baca: BI dan The Fed Tahan Bunga Acuan, IHSG Ditutup Naik 0,29%)
Pelaku pasar masih mencermati perkembangan krisis Brexit. Uni Eropa baru saja mengabulkan perpanjangan waktu kepada Inggris sampai 22 Mei, dengan syarat proposal Brexit disetujui House of Commons pada pekan depan.
Kalau parlemen Inggris tidak setuju, maka negara itu kemungkinan tidak mendapat kompensasi apa-apa dengan keluar dari Uni Eropa alias No-Deal Brexit. Tenggatnya pun berubah menjadi 12 April 2019.
Perdana Menteri Inggris Theresa May kemarin bertemu kembali dengan 27 pemimpin negara Uni Eropa. Dalam pertemuan itu, May meminta perpanjangan waktu untuk kedua kalinya.
“Saya sangat sedih sebelum rapat kami dimulai, tapi sekarang saya lebih optimistis,” kata Presiden Uni Eropa Donald Tusk, seperti dikutip dari CNN.
Nilai poundsterling dibuka naik 0,2% pada pembukaan pasar spot hari ini. Sehari sebelumnya, mata uang Inggris tersebut jatuh 1,5% terhadap dolar AS.
(Baca: Ekonomi Global Melambat, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan)
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih melihat krisis Brexit tak memberi pengaruh signifikan pada rupiah. Ia memperkirakan pergerakannya hari ini akan menguat di kisaran Rp 14.100-Rp14.140 per dolar AS.
"Fokus investor global masih terkait The Fed dan perjanjian dagang antara AS-Tiongkok," kata Lana seperti dikutip dari Antara, Jumat (22/3).
Mendekati pukul 12.00 WIB, rupiah masih terlihat menguat seiring dengan mata uang negara Asia Pasifik lainnya. Dolar AS bergerak positif terhadap mata uang Singapura, Tiongkok, Malaysia, dan Selandia Baru. Kenaikan tertinggi adalah terhadap won Korea Selatan, sebesar 0,23%.