Gubernur BI: Infrastruktur Dorong Ekonomi Tumbuh 6% dalam Lima Tahun

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Proses pembangunan infrastruktur di Solo. Gubernur Bank Indonesia (BI) menyebut pembangunan infrastruktur akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi 6%.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Yuliawati
4/3/2019, 13.42 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pembangunan infrastruktur akan mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 6%. Namun, dampak tersebut tidak akan langsung terlihat dalam waktu dekat.

"Dampak dari infrastruktur dalam lima tahun akan terlihat. Efisiensi, produktivitas, dan distribusi logistik akan berkembang karena konektivitas bagus. Kalau ada kontinuitas ini, (pertumbuhan) kita akan bergerak menuju 6%," kata Perry dalam forum RSM Morning Briefing Session di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin (4/3).

(Baca: Pengusaha: Keberadaan Infrastruktur Belum Turunkan Ongkos Logistik)

Lebih lanjut Perry menyatakan pertumbuhan ekonomi saat ini belum tumbuh kencang karena ketidakpastian global yang masih berlangsung. Oleh karena itu, Perry memperkirakan pertumbuhan akan berkisar pada 5-5,4% dengan titik tengah 5,2%.

Secara rinci, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan didorong oleh konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi lantaran adanya pemilihan umum (pemilu). Konsumsi rumah tangga pada tahun ini diperkirakan mencapai 5,1-5,5%. Di sisi lain, konsumsi pemerintah diperkirakan pada kisaran 2,7-3,1%.

Sementara, investasi dan ekspor diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Investasi diproyeksikan pada kisaran 6,4-6,9% yang didorong oleh penanaman modal asing (PMA) masuk. Sementara, ekspor diperkirakan tumbuh 6,8-7,2%. Dari sisi impor, pertumbuhan diperkirakan akan lebih lambat menjadi 6,9-10,3%.

(Baca: Gubernur BI Buka Peluang Turunkan Bunga Acuan Bila Ekonomi Stabil)

Secara regional, ia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi tumbuh baik. Ekonomi di Kalimantan diproyeksikan mencapai 5,5%. Pertumbuhan yang baik tersebut diperkirakan terus berlangsung di tengah harga komoditas yang menurun. Sementara, pertumbuhan Jawa diperkirakan baik ditopang oleh konsumsi rumah tangga, manufaktur, dan ekspor yang baik.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi di wilayah Papua dan Nusa Tenggara Barat diperkirakan masih melambat lantaran adanya penurunan ekspor Freeport dan gempa bumi. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah untuk terus mewaspadai pertumbuhan di sejumlah daerah yang bergantung pada harga komoditas dan ekspor.

Pemerintah diharapkan dapat memanfaatkan momentum perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) untuk relokasi industri. "Jadi sangat tergantung kemampuan kita relokasi industri dan sebagainya," ujarnya.

(Baca: Virus Meredupnya Ekonomi Tiongkok yang Mengancam Ekspor Indonesia)

Reporter: Rizky Alika