Aliran masuk dana asing kerap mengalami peningkatan setiap memasuki tahun Pemilihan Umum (Pemilu). Hal ini seperti disampaikan Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih. Ia pun menjelaskan faktor yang kemungkinan melatar belakangi fenomena tersebut.
Menurut pantauan Lana, aliran dana asing meningkat baik ke saham maupun obligasi setiap tahun Pemilu. Namun, aliran masuk ke obligasi biasanya lebih banyak. "(Peningkatan aliran dana asing) ini terjadi setiap Pemilu, 2004, 2009, dan 2014," kata dia kepada katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
Dalam pantauan katadata.co.id, dana asing juga mengalir deras pada tahun Pemilu 2019 ini. Menurut data Kementerian Keuangan per 20 Februari 2019, kepemilikan asing atas obligasi negara bertambah Rp 33,44 triliun sejak awal tahun atau secara year to date (ytd).
(Baca: Jelang Pemilu, Investor Asing Lebih Optimistis Kondisi Politik Stabil)
Sementara itu, berdasarkan data RTI, hingga Jumat (22/2) sore, investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) Rp 11,07 triliun (ytd). Dengan demikian, total aliran masuk dana asing ke instrumen obligasi negara dan saham telah mencapai Rp 44,51 triliun.
Menurut pendapat Lana, aliran masuk dana asing meningkat lantaran adanya euforia kepercayaan. Hal itu seiring dengan ekspektasi pemerintahan baru. Hal ini dinilainya lumrah terjadi saat Pemilu, bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara lain, seperti Amerika Serikat (AS).
(Baca: Besarnya Ketergantungan pada Hot Money Buat Rupiah Mudah Bergejolak)
Momentum ini, menurut dia, bisa dimanfaatkan investor lokal untuk menuai untung. Caranya, dengan menjual saham secara bijak sebelum investor asing kembali melakukan aksi jual. Sementara itu, investor lokal yang akan menerbitkan obligasi, bisa menetapkan imbal hasil (return) yang lebih tepat sesuai dengan risiko investasi yang ada.
Adapun peningkatan aliran masuk dana asing dinilainya hanya akan berlangsung sementara waktu. Ia memperkirakan, dana asing akan kembali keluar setelah satu tahun Pemilu. "Setelah Pemilu itu (biasanya) konsisten turun. Jadi siap-siap 2020 asing keluar," ujarnya.
(Baca: Optimisme Gubernur BI di Tengah Tertahannya Penguatan Kurs Rupiah)
Di sisi lain, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan peningkatan aliran masuk dana asing lebih disebabkan faktor eksternal, yaitu kondisi global yang memanas namun kemudian membaik saat tahun Pemilu. "Contohnya ada taper tantrum pada 2013, 2014 sudah pulih jadi lebih karena faktor luar," ujarnya.
Pada tahun ini, aliran masuk dana asing terjadi lantaran ketegangan global mulai mereda dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) yang mengubah sikap (stance) kebijakan moneternya dari agresif menjadi konservatif.