Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2018 mencapai Rp 5.670 triliun, atau naik 6,6% dibandingkan bulan sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Namun, pertumbuhannya melambat dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu Oktober 2018, yang sebesar 7,2% (yoy). Penyebabnya antara lain, faktor penurunan aset luar negeri dan perlambatan kucuran kredit perbankan.
"Perlambatan dipengaruhi uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi tumbuh melambat, 5,0% dan 7,1% secara tahunan," mengutip siaran pers yang diterima Katadata.co.id, Senin (31/12). Realisasi Oktober 2018, M1 tumbuh 6,3% (yoy) sedangkan uang kuasi meningkat 7,6% (yoy).
(Baca juga: Uang Beredar pada Libur Akhir Tahun Tercatat Rp 90 Triliun)
BI juga menyebutkan, pertumbuhan M2 pada bulan lalu terpengaruh penurunan aktiva luar negeri bersih dan perlambatan pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih. Aktiva luar negeri bersih tercatat minus 2,4% (yoy), lebih dalam daripada kontraksi Oktober -0,7% (yoy). Aktiva dalam negeri bersih tumbuh 10% (yoy) sedangkan bulan sebelumnya 10,4% (yoy).
Perlambatan pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih berasal dari penurunan tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Pada Oktober 2018, tagihan ini minus 3,3% (yoy) lantas sebulan kemudian menjadi -3,5% (yoy) . Selain itu, penyaluran kredit perbankan juga tumbuh melambat menjadi 11,9% (yoy) pada bulan lalu dari 13,1% (yoy) pada Oktober.
(Baca juga: Dua Bank BUMN Punya Strategi Mengatasi Ketatnya Likuiditas)
Soal transmisi suku bunga kebijakan BI terpantau berlanjut terutama pada suku bunga simpanan berjangka. Rerata tertimbang suku bunga deposito seluruh tenor mengalami kenaikan pada November 2018.
Perinciannya a.l. untuk tenor 1, 3, 6, 12, dan 24 bulan masing-masing sebesar 6,72%, 6,59%, 6,90%, 6,41%, dan 7,00%. Sementara bunga pada Oktober 2018 di level 6,56%, 6,42%, 6,74%, 6,31%, dan 6,93%.
Rata-rata tertimbang suku bunga kredit bulan lalu juga meningkat sebesar 3 basis poin dibandingkan dengan Oktober menjadi 10,92%. (Baca juga: Imbas Kenaikan Bunga BI, Ekonomi 2019 Diperkirakan Hanya 5,1 %)