Arus keluar dana asing (capital outflow) terpantau kembali terjadi di pasar modal domestik mulai pekan lalu. Namun, ekonom memperkirakan dana asing akan kembali mengalir sebab Indonesia telah menerapkan kebijakan yang antisipatif untuk merespons kenaikan bunga acuan AS. Apalagi, terbuka kemungkinan bunga acuan AS tidak naik agresif tahun depan.
"Ke depan, kalau The Fed tidak lebih agresif (dari tahun ini) atau akan konservatif (dana asing) akan berbalik. Investor (juga) akan menilai negara yang merespons policy dengan tepat. Dari eksternal meski menantang, tapi (Indonesia) sudah ada langkah mitigasi," kata Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja dalam Media Gathering UOB di Jakarta, Rabu (19/12).
Menurut dia, Indonesia telah mengambil kebijakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan perekonomian. Hal itu tercermin dari penguatan rupiah beberapa waktu lalu. Rupiah sempat berada pada posisi terlemah Rp 15.300 per dolar AS pada akhir Oktober, kemudian menguat menjadi Rp 14.200 per dolar AS dalam tiga minggu. Saat ini, rupiah dinilai cukup stabil di kisaran Rp 14.400 per dolar AS.
(Baca juga: Rupiah Perkasa Ditopang Meredupnya Sinyal Kenaikan Agresif Bunga AS)
Adapun prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada kisaran 5% lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan sebesar 3,7% pada tahun ini. "Hal ini membuat Indonesia akan di-consider sebagai destinasi portofolio yang cukup menarik," ujarnya.
Tak jauh berbeda, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menjelaskan arus modal asing biasanya digerakkan oleh kondisi atau isu global. Sementara, kondisi domestik dinilai hanya bersifat menguatkan saja.
Artinya, tidak ada faktor pemicu capital outflow apabila The Fed tidak menaikkan bunga acuannya. Kondisi nilai tukar rupiah juga akan mengikuti pergerakan arus dana asing tersebut. "Kalau The Fed tidak menaikkan suku bunga, saya meyakini kondisi rupiah sampai akhir tahun relatif stabil," kata dia.
(Baca juga: Tekanan Kurs Rupiah Mereda, Bank Dunia Ingatkan RI Agar Tidak Terbuai)
Ia memperkirakan The Fed tidak akan mengerek bunga acuannya pada Desember ini, sesuai sinyal yang diberikan Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya November lalu. Dengan demikian, meskipun neraca dagang November defisit besar, ia melihat tidak ada faktor yang memicu arus keluar dana asing.
Adapun mendekati pengumuman bunga acuan AS, pasar modal diwarnai arus keluar dana asing. Mengacu pada Kementerian Keuangan, kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) tercatat turun sebesar Rp 4,59 triliun pada pekan lalu menjadi Rp 892,33 triliun per Jumat (14/12).
Sementara itu, mengacu pada data RTI per Rabu (19/12), investor asing membukukan penjualan bersih (net foreign sell) saham sebesar Rp 1 triliun di keseluruhan pasar dalam sepekan perdagangan.