Pemerintah tengah berupaya mendorong investasi asing langsung lewat berbagai kebijakan dari mulai sistem perizinan terintegrasi hingga insentif perpajakan. Namun, realisasi investasi asing tercatat anjlok pada kuartal III lalu. Head of Commercial Banking UOB Indonesia Tonny Timor Basry mengatakan ada kekhawatiran terkait fluktuasi nilai tukar rupiah.
Hal ini berdasarkan pernyataan beberapa investor asing mitra UOB Indonesia. "Mereka bilang kalau investasi dan rupiah melemah. Semakin ditunggu, (keuntungan) investasi makin murah jadi semakin rugi," kata Tonny dalam Media Gathering UOB Indonesia di Jakarta, Rabu (19/12).
Untuk mengantisipasi kerugian, para investor tersebut meminta kepada UOB untuk mengkonversi keuntungan investasi dalam mata uang yen Tiongkok. Hal ini dilakukan lewat transaksi valuta asing (valas) berjangka Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).
(Baca juga: Rupiah Perkasa Ditopang Meredupnya Sinyal Kenaikan Agresif Bunga AS)
Selain fluktuasi nilai tukar rupiah, menurut dia, investor juga mengkhawatirkan kondisi politik di Indonesia yang membuat peraturan kerap berubah. Adapun UOB telah bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk penanganan peraturan namun investor belum yakin sepenuhnya.
Maka itu, Tonny menilai perlu ada konsistensi aturan guna menambah daya tarik investasi di Indonesia. Selain itu, stabilitas politik perlu dijaga. Adapun dari segi upah tenaga kerja, Indonesia dinilai berdaya tarik. "Yang buat menarik domestik market di Indonesia, labor (tenaga kerja) lebih murah," ujar dia.
(Baca juga: Investasi Asing Turun Salah Siapa?)
Secara sektoral, ia menyebut beberapa sektor yang diminati oleh investor asing di antaranya manufaktur di bidang otomotif dan suku cadang (spare part). Kemudian, sektor makanan dan minuman, logam dasar, dan petrokimia. Selain itu, sektor perdagangan elektronik (e-commerce), konstruksi dan infrastruktur perumahan, teknologi, serta barang konsumsi.