Berdasarkan Survei Bank Indonesia (BI) inflasi pada minggu pertama Desember sebesar 0,3% secara bulanan (month on month). Dengan demikian, inflasi berada di level 2,81% secara tahunan, atau masih di bawah perkiraan keseluruhan tahun yang sebesar 3,2%.
"Kalau memang bisa dijaga di 0,3%, maka kita akan memiliki inflasi di bawah 3%," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara saat ditemui di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (7/12). Jika hal ini terealisasi, maka inflasi tahun ini bakal menjadi yang terendah dalam delapan tahun.
(Baca juga: Dongkrak Kepercayaan Konsumen, Peretail Minta Pemerintah Jaga Inflasi)
Adapun inflasi minggu pertama Desember didorong oleh kenaikan harga komponen bergejolak (volatile food). Harga telur ayam ras naik paling tinggi yaitu 8,51% dengan kontribusi ke inflasi paling besar yaitu 0,06%. Harga bawang merah juga naik tinggi 6,65% dan berkontribusi 0,03% ke inflasi.
Harga daging ayam ras juga naik 1,88% dan berkontribusi 0,02% ke inflasi. Harga wortel dan kacang panjang juga naik cukup tinggi masing-masing 11,63% dan 7,61% dengan kontribusi ke inflasi masing-masing 0,01%.
Inflasi juga disebabkan oleh kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered price), utamanya tarif angkutan udara yang naik sebesar 3,76% dengan kontribusi ke inflai 0,04%. Selain itu, harga rokok kretek yang naik 0,13%, dan rokok kretek filter 0,10%.
(Baca juga: Ekonom Prediksi Harga BBM Premium Naik Rp 500 Tahun Depan)
Mirza mengatakan, BI bersama dengan pemerintah pusat dan daerah berusaha supaya inflasi sampai akhir tahun bisa terjaga dengan baik. Menurut dia, belanja masyarakat mendekati akhir tahun akan meningkat dan aktivitas ekonomi juga melonjak. "(Menjaga inflasi) ini penting sekali karena ini mendekati akhir tahun, mendekati natal," ujarnya.