Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pembiayaan usaha akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik. Namun, ia berharap pembiayaan tidak berasal dari utang luar negeri.
“Setiap 1% kenaikan pertumbuhan ekonomi, itu kenaikan kebutuhan pembiayaan naik minimal 1,6 kali (dari sebelumnya),” kata dia di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Senin (3/11). Adapun sebelumnya, Perry sempat memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan lebih kuat dibandingkan tahun ini yang berkisar 5,1%.
Ia berharap pembiayaan usaha tidak berupa utang luar negeri sebab suku bunga dunia tengah naik. Ia pun melihat potensi pembiayaan dalam rupiah terutama dari kredit perbankan dan sisanya dari pasar modal.
(Baca juga: Menyalip Pemerintah, Utang Luar Negeri Swasta Capai Rp 2.637 Triliun)
Pada 2017 lalu, pembiayaan usaha masih banyak dari utang/pinjaman luar negeri. Sementara itu, pembiayaan rupiah dari pasar modal semakin tinggi tapi tak sampai Rp 200 triliun. “Sangat rendah,” ujarnya.
Tahun ini, pembiayaan usaha terutama berasal dari kredit perbankan dan pasar modal. Hal ini, menurut dia, menunjukkan jenis pembiayaan dipengaruhi oleh faktor suku bunga. Suku bunga kredit terpantau turun tahun ini seiring transmisi kebijakan pemangkasan suku bunga acuan yang terjadi pada peiode 2016-2017 lalu.
(Baca juga: Bunga Pinjaman Masih Turun, Pertumbuhan Kredit Oktober Melesat 13,1%)
Perry mengatakan setiap kenaikan suku bunga acuan sebesar 1%, permintaan kredit akan turun sekitar 0,3%. Namun, prospek kepastian ekonomi, stabilitas nilai tukar akan meningkatkan kebutuhan pembiayaan akan meningkatkan permintaan kredit perbankan.