Bank Dunia Bantah Klaim Prabowo 99% Rakyat Hidup Pas-pasan

Arief Kamaludin | Katadata
12/11/2018, 16.16 WIB

Lead Economist Bank Dunia Vivi Alatas menepis pernyataan Calon Presiden Prabowo Subianto yang menyebut bahwa 99% masyarakat Indonesia hidup pas-pasan. Vivi mengatakan data tersebut bukan berasal dari Bank Dunia.

"Itu bukan perhitungan kami, saya tidak tahu perhitungan siapa," kata dia dalam Seminar Indonesia Economic Outlook 2019 di Universitas Indonesia, Depok, Senin (12/11).  

(Baca juga: Prabowo Klaim 99% Rakyat Hidup Pas-Pasan, Jokowi: Angkanya dari Mana?)

Ia menjelaskan, berdasarkan perhitungan Bank Dunia, masyarakat Indonesia yang masuk golongan miskin sekitar 9% dari total penduduk. Angka tersebut sesuai survei Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2018 bahwa jumlah masyarakat miskin 9,82% dari total penduduk atau sebanyak 25,95 juta orang.

Jumlah tersebut menurun sekitar 630 ribu orang dibandingkan survei sebelumnya pada September 2017 yang sebanyak 26,58 juta orang atau 10,12% dari total penduduk. 

(Baca juga: BPS: Angka Kemiskinan Indonesia Lebih Rendah versi Metode Bank Dunia)

Lebih lanjut, data Bank Dunia menunjukkan sebanyak 22% masyarakat Indonesia masuk golongan kelas menengah. Kemudian, "Masyarakat sparing middle class yang sudah tidak miskin dan tidak rentan 45%," ujarnya.

Sebelumnya, Prabowo menyatakan, hanya 1% masyarakat yang menikmati kekayaan Indonesia. Sedangkan 99% masyarakat saat ini hidupnya pas-pasan. Ketua Umum Partai Gerindra ini menyebut fakta tersebut diakui oleh Bank Dunia. "Ini bukan angka Prabowo Subianto," kata dia, saat menghadiri Deklarasi Emak-emak Binangkit relawan Prabowo-Sandi di Bali, Oktober lalu.

Pernyataan tersebut pun sempat dikomentari Presiden Joko Widodo. "Ada yang ngomong 99% rakyat hidup miskin dan pas-pasan. Angka dari mana?" kata Jokowi, Minggu, (11/11). Ia pun mengutip penurunan tingkat kemiskinan sesuai data BPS.

(Baca juga: Tertinggi Kelima di Dunia, 1% Orang Terkaya Kuasai 46,6% Harta di RI)

Selain itu, Jokowi menunjuk angka penjualan kendaraan mobil yang mencapai 1,1 juta unit tiap tahun. Sedangkan penjualan sepeda motor sebanyak 6,5 juta unit per tahun. Hal tersebut menandakan masyarakat memiliki uang untuk membeli kendaraan. "Beli motor dan mobil kan pakai uang."

Ia juga menyinggung soal perbaikan tingkat ketimpangan ekonomi yang tercermin dari rasio gini yang tahun ini sebesar 0,389. Padahal, pada tahun 2015 lalu rasionya masih 0,41. Maka itu, ia meminta agar argumentasi tidak asal diucapkan.