Mata uang Asia berbalik melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) menyatakan ekonomi negeri Paman Sam kuat. Dengan demikian, mengukuhkan rencana kenaikan bunga acuan AS, Fed Fund Rate, pada Desember mendatang dan potensi kenaikan lebih lanjut di tahun depan.
Tren penguatan yang dialami sebagian mata uang Asia terhadap dolar AS terhenti mulai Jumat (9/11) pekan lalu. Pada perdagangan Senin (12/11), saat berita ini ditulis, nilai tukar rupee India tercatat melorot 0,67%, diikuti won Korea Selatan 0,5%, rupiah 0,46% ( ke level 14.745 per dolar AS), peso Filipina 0,41%, dolar Taiwan 0,32%, yen Jepang 0,29%, baht Thailand 0,24%, dolar Singapura 0,21%, ringgit Malaysia 0,20%, yuan Tiongkok 0,06%, dan dolar Singapura 0,21%.
Pernyataan The Fed membuat dolar AS perkasa. Mata uang Greenback cenderung menguat terhadap mata uang mitra dagang utamanya. Hal itu tercermin dari indeks DXY yang menanjak bahkan menembus level 97,39 atau yang tertinggi setidaknya dalam 52 minggu belakangan pada Senin ini. Seriring kondisi tersebut, mata uang dunia lainnya pun ikutan tertekan, termasuk mata uang Asia.
(Baca juga: Aliran Masuk Dana Asing dan Penguatan Rupiah Diuji Jelang Akhir Tahun)
Adapun tren penguatan yang dialami sebagian mata uang Asia beberapa waktu lalu terjadi seiring kembali masuknya dana asing ke pasar saham dan obligasi negara-negara tersebut. Hal itu imbas sentimen positif investor karena faktor global seperti meredanya intensi perang dagang AS-Tiongkok, maupun faktor domestik seperti pertumbuhan ekonomi yang kuat di Indonesia. Selain itu, valuasi pasar negara berkembang Asia yang juga sudah murah.
Namun, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menjelaskan aliran masuk dana asing bisa bersifat sementara. Potensi kenaikan Fed Fund Rate pada Desember jadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan dana asing. "Sejauh mana keyakinan investor terhadap perekonomian domestik yang sesungguhnya akan terlihat pada momen perkiraan The Fed menaikkan suku bunga," kata dia, pekan lalu.
(Baca juga: Kurs Rupiah Terlalu Lemah, Nilai Fundamental Rp 14.200 per Dolar AS)
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan sempat menyebut adanya potensi rupiah melemah lagi ke kisaran Rp 15.000 per dolar AS, dari saat ini di kisaran Rp 14.000. Hal itu lantaran sentimen global dan domestik yang mendukung penguatan nilai tukar rupiah beberapa bisa saja berbalik arah.
Meskipun, bila melihat Real Effective Exchange Rate (REER), nilai tukar rupiah yang sesuai fundamental ekonomi berada di kisaran Rp 14.200 per dolar AS. REER adalah indeks nilai tukar mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain, dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi masing-masih negara.