Banyak ekonom memprediksi Bank Indonesia (BI) bakal kembali menaikkan bunga acuan BI 7-Day Repo Rate dalam Rapat Dewan Gubernur yang digelar pada 26-27 September ini. Kenaikan tersebut dianggap perlu dilakukan seiring kenaikan bunga acuan Amerika Serikat (AS), Fed Fund Rate, terutama untuk menjaga daya tarik aset keuangan dalam rupiah, sehingga tidak terjadi arus keluar modal asing.
Mayoritas ekonom dalam survei Bloomberg memprediksi kenaikan sebesar 0,25% ke level 5,75%, setara dengan kenaikan Fed Fund Rate. Namun, ada juga yang memproyeksikan kenaikan yang lebih tinggi yakni 0,5% ke level 6%. Salah satu yang memproyeksikan kenaikan 0,5% yaitu Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menjelaskan problem defisit perdagangan barang dan jasa lintas negara atau transaksi berjalan menunjukkan Indonesia masih sangat bergantung pada modal asing di pasar keuangan buat memenuhi pasokan dolar AS di dalam negeri. Alhasil, kenaikan bunga acuan yang seiring dengan kenaikan Fed Fund Rate menjadi penting.
“Paling tidak kenaikannya sama (dengan kenaikan Fed Fund Rate) atau lebih besar,” ujar David kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu. Ia pun memprediksi kenaikan bunga acuan 0,5-1% di sisa tahun ini dan sedikitnya 0,75% tahun depan. Ini artinya, bunga acuan bisa berada di atas 7% tahun depan.
(Baca juga: Bunga Acuan Naik, Margin Bunga Bersih BCA Akan Susut Hingga Akhir 2018)
Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan BI 7-Day Repo Rate juga bisa membantu menekan pelebaran defisit transaksi berjalan yang didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi domestik. Gubernur BI Perry Warjiyo sempat menyebut defisit transaksi berjalan berisiko mencapai US$ 25 miliar tahun ini.
“Dengan kenaikan suku bunga acuan tersebut, defisit transaksi berjalan diharapkan dapat terjaga di sekitar 2,5%-2,7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),” ujarnya. Penyesuaian BI 7-Day Repo Rate juga untuk menjaga ekspektasi inflasi.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo sempat menjelaskan arah kebijakan BI tetap ahead the curve alias antisipasi terhadap kebijakan moneter negara maju, termasuk kenaikan Fed Fund Rate. Namun, dia menjelaskan, pihaknya memiliki banyak pertimbangan lain dalam memutuskan kebijakan BI 7-Day Repo Rate yaitu perkembangan dan risiko global serta domestik.
“Kenaikan Fed Fund Rate tidak serta merta akan diikuti dengan kenaikan policy rate di Indonesia, karena ada banyak faktor lainnya. Kebijakan bunga akan dilakukan secara terukur,” ujarnya.
Adapun para petinggi bank sentral AS mengharapkan kenaikan Fed Fund Rate satu kali lagi pada tahun ini, setelah kenaikan terbaru yaitu sebesar 0,25% ke level 2,25% pada September ini. Proyeksi tersebut seiring ekonomi AS yang menguat. Kenaikan diprediksi berlanjut ke 2019.