Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menganggap nilai tukar rupiah yang kini mencapai Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat adalah hal biasa. Menurutnya perubahan nilai tukar harian seperti ini memang kerap terjadi.
Darmin menyatakan, naiknya nilai tukar adalah imbas pernyataan Bank Sentral AS yang ingin menaikkan tingkat suku bunganya. "Jadi tidak perlu anggap kejadian luar biasa terjadi," katanya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (20/7).
Toh, pemerintah dan Bank Indonesia tidak akan berdiam diri dengan kondisi nilai tukar ini. Salah satu kebijakan yang akan diambil adalah meningkatkan konsumsi biodiesel dengan kewajiban mencapurkannya dengan solar.
Pencampuran biodiesel yang diolah dari minyak sawit itu akan mengurangi impor minyak bumi. Langkah ini secara tidak langsung akan memperbaiki kinerja neraca dagang dan mengurangi kebutuhan dolar. "Kami bisa mengurangi impor tanpa merugikan diri sendiri," ujar Darmin.
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS (Jan 1998-11 Jul 2018)
Namun Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, pelemahan rupiah justru disebabkan oleh pernyataan BI yang merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini hanya akan mencapai 5,1%.
"Sentimen langsung berubah pesimis. Biasanya BI akan menjaga ekspektasi pasar dengan tone yang positif. Namun RDG (Rapat Dewan Gubernur) kemarin membuktikan sebaliknya," kata dia.
Mengacu pada data Reuters, nilai tukar rupiah berada pada level 14.525 per dolar Amerika pada perdagangan di pasar spot, Jumat (20/7/2018). Artinya, rupiah melemah 0,38 % dari penutupan hari sebelumnya.