Gubernur BI: Ada Ruang Cukup Besar Sesuaikan Bunga Acuan

ARIEF KAMALUDIN I KATADATA
11/5/2018, 11.28 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memberikan sinyal kuat kenaikan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate. Sinyal tersebut disampaikan melalui pernyataan tertulisnya yang dilansir pada Jumat (11/5).

“Bank Indonesia memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan. Respons kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas,” kata Agus dalam pernyataan tertulis tersebut.

Sinyal kuat kenaikan bunga acuan disampaikannya seiring dengan masih berlanjutnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Ia menerangkan, nilai tukar rupiah dan mata uang dunia lainnya melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) imbas beberapa kondisi global.

(Baca juga: BI Disarankan Kerek Bunga Acuan daripada Cadangan Devisa Terkuras)

Kondisi global yang dimaksud terutama siklus peningkatan suku bunga AS, meningkatnya harga minyak dunia, serta menguatnya risiko geopolitik sebagai akibat meningkatnya tensi sengketa dagang AS-Tiongkok dan pembatalan kesepakatan nuklir AS-Iran.

Ia mencatat, sepanjang Mei 2018 (hingga 9 Mei) rupiah melemah 1,2%, bath Thailand 1,76%, dan Lira Turki 5,27%. Sementara itu, sepanjang 2018, rupiah melemah 3,67%, Peso Filipina 4,04%, rupee India 5,6%, real Brazil 7,9%, rubel Rusia 8,84%, dan lira Turki 11,42%. 

Meski mengisyaratkan pelemahan nilai tukar rupiah bukan yang terbesar, namun ia menjelaskan nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan ini sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini. Adapun nilai tukar rupiah bertengger di level Rp 14 ribu mulai Senin (7/5).

“Terkait hal tersebut (pelemahan nilai tukar rupiah), dan melihat masih besarnya potensi tantangan dari kondisi global yang dapat berpotensi menganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah panjang, Bank Indonesia akan secara tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter pada terciptanya stabilitas,” kata Agus.

Di sisi lain, operasi moneter di pasar valuta asing tetap akan dilakukan untuk meminimalkan volatilitas nilai tukar rupiah agar keyakinan pelaku ekonomi dapat dipastikan tetap terjaga. “Operasi moneter di pasar uang akan terus dilakukan untuk memastikan ketersediaan likuiditas rupiah yang memadai dan terjaganya stabilitas suku bunga di pasar uang, dalam koridor yang sejalan dengan stance kebijakan moneter Bank Indonesia,” kata dia.

Lebih jauh, ia menjelaskan, kolaborasi dengan otoritas terkait dan industri keuangan akan semakin diperkuat untuk memperdalam dan mengefisienkan price discovery di pasar valuta asing dan pasar uang, termasuk melalui penambahan variasi instrumen, penguatan infrastruktur pasar keuangan, dan memperkuat kredibilitas suku bunga acuan pasar (market reference rate).

Koordinasi dengan Pemerintah juga akan semakin diperkuat untuk memastikan terjaganya inflasi sesuai sasaran, memastikan berjalannya reformasi struktural secara efektif untuk memperkuat struktur neraca transaksi berjalan dan neraca modal, serta berbagai kebijakan struktural lainnya untuk meningkatkan daya saing perekonomian.