Rupiah Tembus 13.800, BI Yakin Mampu Bertahan

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Rizky Alika
20/4/2018, 18.05 WIB

Pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut. Setelah bertengger cukup lama di kisaran 13.700 per dolar Amerika Serikat, hari ini rupiah melewati 13.800. Walau dalam tren menurun, Bank Indonesia optimistis situasi saat ini masih terjaga.

Bank sentral menyatakan pelemahan rupiah saat ini disebabkan oleh faktor eksternal yang masih kuat. Adapun faktor domestik diyakini mampu menahan rupiah agar tidak melemah lebih dalam. “Kami lihat kekuatan domestik masih cukup baik, inflasi juga masih rendah di bulan terakhir,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (20/4). 

(Baca juga: Rupiah Masih Terombang-ambing Perang Dagang Amerika-Tiongkok).

Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada level 13.883 per dolar Amerika pada perdagangan di pasar spot, Jumat (20/4/2018). Artinya, rupiah melemah 0,71 persen dari penutupan hari sebelumnya. Pergerakan nilai tukar rupiah terpantau pada kisaran Rp 13.768-13.887 pada hari ini.

Menurut Dody, keseimbangan neraca ekspor yang kemungkinan membaik turut membantu menahan kejatuhan rupiah. Beberapa hal lainnya juga berpengaruh. Karena itu, dia tidak khawatir terhadap level pelemahan rupiah saat ini. Dody meyakinkan bahwa bank sentral akan selalu berada di pasar untuk menstabilkan rupiah dengan menggunakan segenap instrumen yang dimiliki BI.

(Baca pula: BI Jaga Stabilitas Rupiah, Cadangan Devisa Tergerus Lagi US$ 2 Miliar).

Walau optimistis, BI tetap mewaspadai sejumlah tantangan, yaitu defisit transaksi berjalan yang diperkirakan semakin lebar dibandingkan tahun lalu. “Namun kami selalu berikan penjelasan bahwa pelemahan itu didorong impor terkait bahan baku dan barang modal,” kata dia.

Selain itu, risiko inflasi juga menjadi hal yang perlu diwaspadai mengingat kemungkinan harga minyak dunia naik. Rencana pemerintah tidak menaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi salah satu poin untuk menjaga daya beli. 

Karena itu, BI pun akan bersinergi dengan menjaga inflasi tetap pada sasaran 2,5 - 4,5 persen pada tahun ini. “Maka kami yakin tidak ada risiko inflasi menjadi sesuatu yang signifikan atau serius diwaspadai,” ujarnya. (Baca juga: Bawang hingga Ayam Pengaruhi Inflasi Pekan Ketiga April 0,12 %).

Pada pekan ketiga April ini, inflasi terpantau sebesar 0,12 persen. Inflasi didorong oleh kenaikan harga bawang merah, cabai merah, daging ayam, dan telur ayam. Pergerakan laju inflasi ini tercermin dari Survei Pemantauan Harga (SPH) minggu ketiga secara bulanan dan secara tahunan sebesar 3,44 persen. 

Sebelumnya, bank sentral menyatakan salah satu pemicu inflasi ke depan akan berasal dari hari raya keagamaan maupun saat masuk musim pascapanen. Inflasi inti ini merupakan salah satu indikator yang terjaga cukup stabil di bawah 3 persen.