Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri Indonesia mencapai US$ 352,2 miliar atau sekitar Rp 4.773 triliun per akhir Desember 2017. Jumlah tersebut naik 10,1% dibandingkan posisi sama tahun sebelumnya. Kontribusi terbesar yaitu dari utang luar negeri pemerintah.
Pertumbuhan utang luar negeri pemerintah tercatat terus meningkat dalam empat tahun belakangan. Pertumbuhannya mencapai 5% pada 2014, lalu naik menjadi 9,9% pada 2015, naik lagi menjadi 10,9% di 2016, dan terakhir naik 14,1% pada 2017 menjadi US$ 180,6 miliar.
Di sisi lain, pertumbuhan utang luar negeri swasta naik turun selama empat tahun belakangan. Sempat tumbuh 14,75% pada 2014, lalu melambat menjadi hanya tumbuh 2,8% pada 2015, lalu turun 3,8% pada 2016, dan terakhir naik 6,1% pada 2017 menjadi US$ 171,6 miliar.
(Baca juga: Utang Pemerintah Bengkak, Ekonom: Tanpa Berutang, Pajak Naik)
Dengan perkembangan tersebut, maka utang luar negeri masih didominasi utang luar negeri pemerintah yaitu sebesar 51,3%, dan sisanya 48,7% merupakan milik swasta. “Perkembangan utang luar negeri di sektor publik maupun swasta sejalan dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur dan kegiatan produktif lainnya,” demikian tertulis dalam keterangan tertulis BI, Senin (19/2).
(Baca juga: Bappenas: 34 Proyek Infrastruktur Siap Dikerjakan Tanpa Bantuan APBN)
Adapun mayoritas utang luar negeri atau 86,1% tercatat berjangka panjang. Namun, BI mencatat utang luar negeri jangka pendek mengalami kenaikan tinggi. Utang luar negeri jangka pendek tumbuh 20,7%, melampaui pertumbuhan utang luar negeri jangka panjang yang sebesar 8,5%.
Meski begitu, BI meyakinkan risiko utang luar negeri terkendali. Hal itu tercermin dari pergerakan rasio-rasio utang. Rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) dinilai relatif stabil lantaran hanya naik tipis menjadi 34,82% dari tahun sebelumnya 34,3%.
Demikian juga dengan rasio utang luar negeri jangka pendek berdasarkan jangka waktu asal terhadap total yang sebesar 13,2%. “Kedua rasio utang luar negeri tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara peers,” demikian tertulis.
Sementara itu, rasio utang luar negeri jangka pendek berdasarkan waktu sisa terhadap cadangan devisa membaik menjadi 42,06%, dari sebelumnya 47,02%. Kemudian, rasio utang luar negeri terhadap ekspor mereda menjadi 167,73% dari tahun sebelumnya mencapai 176,14%.