Nilai tukar rupiah menembus level 13.600 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, tertinggi sejak Juni 2016. Meski begitu, beberapa pedagang valuta asing alias money changer mengklaim tidak ada kenaikan drastis transaksi jual-beli dolar AS.
“Normal saja sih, biasa saja. Tidak ada menurun drastis atau meningkat drastis. Jadi di sini tidak begitu pengaruh,” kata Dedi Yuliadi, petugas di money changer Dua Sisi cabang Senayan City di Jakarta, Jumat (9/2). (Baca juga: Rupiah Jatuh ke 13.600 per Dolar AS, Ekonom Lihat Potensi Rebound)
Menurut dia, transaksi jual beli bisa mencapai 120 kali dalam sehari. Dari total tersebut, penjualan mata uang asing lebih besar dibandingkan pembelian. “Sekitar 40% beli, 60% jual," ucapnya. Mata uang asing yang paling banyak ditransaksikan yaitu dolar AS, kemudian disusul dolar Singapura dan yen Jepang.
Petugas Bali Inter Money Changer cabang Plaza Senayan Andreas Laksianto juga mengaku belum melihat adanya kenaikan transaksi yang drastis. “Sama saja seperti biasa (jumlah pelanggan). Kadang 100 orang, kadang kurang dari 100. Tidak menentu,” kata dia.
Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah diperdagangkan di rentang Rp 13.609 hingga Rp 13.657 per dolar AS dan ditutup Rp 13.628 per dolar AS pada Jumat (9/2). Adapun nilai tukar rupiah menembus 13.600 mulai Kamis (8/2).
Pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami rupiah tetapi mayoritas mata uang dunia. Hal itu terjadi seiring dengan maraknya aksi jual (sell off) di bursa saham global lantaran investor melihat peluang bunga dana AS naik lebih cepat dari ekspektasi. (Baca juga: Bursa Saham Global Berguguran, Dolar AS Perkasa)
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, investor asing cenderung mengurangi penempatan dana di pasar modal negara berkembang, termasuk Indonesia. Ia berharap perkembangan positif di dalam negeri di antaranya kenaikan rating utang jangka panjang, bisa meredam hal tersebut sehingga tekanan nilai tukar juga mereda.
“Mudah-mudahan (pelemahan rupiah) ini bersifat sementara karena pelemahan ini lebih diakibatkan pada faktor eksternal bukan domestik,” kata dia. Untuk jangka pendek, ia memprediksi nilai tukar rupiah bakal berkisar Rp 13.550-13.600 per dolar AS.