Pemerintah berencana meningkatkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) retail tahun ini. Salah satu tujuannya, meningkatkan porsi kepemilikan investor domestik di SBN. Target penerbitan SBN retail berkisar 5% dari target SBN bruto yang sebesar Rp 864,4 triliun, atau sekitar Rp 40 triliunan.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat untuk menarik minat investor lokal terhadap obligasi retail, pemerintah perlu menawarkan kupon (bunga) yang lebih tinggi. "Waktu ORI (Obligasi Ritel Indonesia) 2015 sukses karena bunganya masih tinggi," kata Lana kepada Katadata, Selasa (30/1).
(Baca juga: Cegah Dana Asing Keluar, Ekonom Usulkan Holding Period Obligasi Negara)
Pada 2015, pemerintah menerbitkan ORI Seri 012 bertenor tiga tahun dengan kupon 9% per tahun. Target indikatif penyerapan dana sebesar Rp 20 triliun, sedangkan yang diserap mencapai Rp 27,4 triliun. Setelah itu, kupon yang ditawarkan kian rendah. Alhasil, target indikatif tak tercapai.
Pada 2017, pemerintah menerbitkan ORI Seri 014 bertenor tiga tahun dengan kupon terendah sepanjang masa yaitu 5,83%. Target indikatif penyerapan dana Rp 20 triliun, namun yang berhasil diserap hanya Rp 8,95 triliun. (Baca juga: Penjualan ORI 55% di Bawah Target, Hanya Laku Rp 8,95 Triliun)
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting belum bisa memastikan soal kemungkinan peningkatan kupon SBN retail tahun ini.
"Penentuan kupon obligasi retail biasanya akan memerhatikan beberapa faktor, seperti masukan agen penjual, rata-rata tingkat bunga, deposito bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dan yield (imbal hasil) obligasi yang bersesuaian," kata Loto.
Meski begitu, ia berharap penjualan ORI bakal membaik tahun ini. Sebab, penjualan juga bakal dilakukan secara online. “Penjualan SBN ritel secara online diharapkan dapat semakin memperluas basis investor domestik serta mendukung terwujudnya keuangan inklusif," ucapnya.
Di sisi lain, soal membesarnya investasi asing di SBN, Loto menilainya positif. "Hal ini merupakan sinyal positif meningkatnya kepercayaan investor global kepada perekonomian Indonesia sehingga pemerintah tidak berencana melakukan pembatasan atas masuknya investor asing," kata dia. (Baca juga: Banjir Dana Asing, Rupiah Menguat Nyaris 2% Sejak Awal 2018)
Namun, ia menekankan, pemerintah terus berupaya memperkuat basis investor domestik serta memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan otoritas terkait maupun pelaku pasar. Harapannya, investor domestik akan semakin aktif berpartisipasi di pasar SBN.
Mengacu pada data Kemenkeu, per Jumat (26/1), kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 873,14 triliun atau 41,44% dari total SBN domestik yang bisa diperdagangkan. Porsi tersebut meningkat dari Januari 2017 yang masih di kisaran 37,85%.