Utang Luar Negeri Capai US$ 347 Miliar, Milik Pemerintah Naik 14%

Arief Kamaludin|KATADATA
Dolar
16/1/2018, 10.10 WIB

Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri Indonesia pada akhir November 2017 sebesar US$ 347,3 miliar atau tumbuh 9,1% secara tahunan (year on year/yoy). Kenaikan tersebut utamanya didorong kenaikan tinggi utang luar negeri pemerintah.

Secara rinci, utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan BI) tercatat sebesar US$ 176,6 miliar. Jumlah utang tersebut naik 14,3% secara tahunan dan meningkat 8,4% secara bulanan (month to month/mtm). Sementara itu, utang luar negeri sektor swasta mencapai US$ 170,6 miliar atau tumbuh 4,2% secara tahunan dan 1,3% secara bulanan.

Meski utang luar negeri naik, BI memandang risikonya masih terkendali. Sebab, rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir November 2017 masih stabil di kisaran 34%. “Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers," demikian dikutip dari laporan statistik utang luar negeri BI, Senin (15/1). 

(Baca juga: Utang Luar Negeri Dongkrak Cadangan Devisa Cetak Rekor di Akhir 2017)

Utang luar negeri juga diklaim aman lantaran didominasi utang jangka panjang. Porsi utang luar negeri jangka panjang mencapai 85,7%, sedangkan yang berjangka pendek hanya 14,3%. Meski begitu, pertumbuhan utang jangka pendek tercatat cukup tinggi yaitu 19,8% secara tahunan dan 10,8% secara bulanan. Pertumbuhan tersebut di atas utang jangka panjang yang naik 7,5% secara tahunan dan 3,9% secara bulanan.

Jika dilihat secara sektoral, utang luar negeri swasta terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih (LGA), serta pertambangan. Porsi utang luar negeri keempat sektor tersebut mencapai 77,6% terhadap total utang luar negeri swasta. Ini artinya, porsinya sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 76,9%.

"Secara tahunan, pertumbuhan utang luar negeri di sektor keuangan, industri pengolahan, dan LGA meningkat. Sedangkan ULN di sektor pertambangan secara tahunan menurun," demikian tertulis dalam laporan BI.

Adapun rasio-rasio utang luar negeri terpantau membaik. Rasio utang luar negeri jangka pendek (berdasarkan waktu sisa) terhadap total utang luar negeri menurun tercatat menurun dari 17,12% menjadi 16,07%.

Rasio utang jangka pendek (berdasarkan waktu asal) terhadap cadangan devisa juga turun dari 37,14% menjadi 36,93%. Begitu pula dengan rasio utang jangka pendek (berdasarkan waktu sisa) terhadap cadangan devisa turun dari 46,88% menjadi 42,83%.

Melihat perkembangan tersebut, BI menyatakan akan terus memantau perkembangan utang luar negeri, untuk memastikan bahwa utang tersebut berperan optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.