Pemerintah tengah fokus untuk mengembangkan pendidikan vokasi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pendidikan vokasi bakal difokuskan pada lima bidang, yaitu pertanian, pariwisata, layanan kesehatan, e-commerce, serta keterampilan suster, baby sitter, dan Asisten Rumah Tangga.
Menurut Darmin, penetapan lima bidang tersebut diperlukan agar pemerintah tidak kehilangan fokus. “Bagaimanapun juga negara yang memiliki strategi dan fokus ekonomi yang jelas akan lebih berhasil mencapai tingkat kemakmuran yang lebih baik dibanding dengan negara-negara yang tidak mempunyai fokus pembangunan,” kata Darmin saat peluncuran buku Kebijakan Pengembangan Vokasi di Indonesia 2017—2025 di Hotel Borobudur (21/12).
Ia menjelaskan, pemerintah perlu mengembangkan tenaga kerja di beberapa sektor supaya ekonomi tidak terus menerus bergantung pada sektor pertambangan dan perkebunan. Sebab, ada masanya sektor tersebut lesu karena cadangannya habis atau harganya anjlok. (Baca juga: Kemenperin Janjikan Insentif Pajak 200% Bagi Investasi Sektor Vokasi)
Di sisi lain, CEO Triputra Group Arif P. Rachmat mengatakan, pengembangan tenaga kerja bisa difokuskan pada sektor-sektor penyumbang devisa terbesar. “Perkebunan, sawit, karet, kayu, tetap (dikembangkan). Kemudian, pariwisata dan TKI itu juga besar. Manufacturing (pengolahan), pakaian, sepatu, dan elektronik itu juga besar. Itu yang harus kita dorong terus,” ucapnya. (Baca juga: Indonesia Bisa Jadi Negara Ekonomi Terbesar ke-4 Dunia pada 2050)
Adapun pada 2016 lalu, Darmin memaparkan terdapat 144 jurusan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Lima jurusan dengan siswa terbanyak yaitu teknik komputer (578 ribu murid), teknik kendaraan ringan (lebih dari 574 ribu murid), akuntansi (430 ribu murid), admin perkantoran (lebih dari 428 ribu murid), dan teknik sepeda motor (lebih dari 270 ribu murid). Kontribusi dari lima jurusan ini sebanyak 54,9% dari total jumlah murid SMK di Indonesia.
Dengan meningkatkan ketenagakerjaan, harapannya Indonesia dapat bertahan dalam menghadapi guncangan ekonomi dunia serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan ekonomi masih tertahan di level 5%. (Baca juga: Ekonomi Kuartal III Lima Negara ASEAN Melaju, Indonesia Tertinggal)