Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi indeks tendensi konsumen turun pada kuartal IV. Ini artinya, ada risiko konsumsi masyarakat belum akan tumbuh signifikan di penghujung tahun ini. Alhasil, ekspor dan investasi jadi andalan untuk genjot ekonomi.

Bank Indonesia (BI) optimistis ekspor dan investasi semakin baik di kuartal IV. Dengan demikian, ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal III yang hanya mencapai 5,06% secara tahunan (year on year/yoy). Pada kuartal III lalu, ekspor tercatat tumbuh 17,26% dan investasi 7,11%. 

"Dukungan harga komoditas yang masih tinggi dan perbaikan perekonomian dunia yang terus berlanjut akan berdampak positif bagi kinerja ekspor Indonesia," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman dalam siaran persnya, Jakarta, Senin (6/11) malam. (Baca juga: Konsumsi Masyarakat Turun, Ekonomi Kuartal III Tumbuh Stagnan 5,06%)

Sementara itu, investasi swasta diperkirakan terus membaik didukung upaya pemerintah dalam hal percepatan reformasi struktural untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. 

Di sisi lain, BI berharap kebijakannya memangkas bunga acuan, BI 7 Days Repo Rate, sebanyak 2% sejak tahun lalu secepatnya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. "Diharapkan semakin memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi," kata dia.

Adapun pertumbuhan ekonomi kuartal III tercatat berada di bawah prediksi BI dan pemerintah. BI memprediksi ekonomi bisa tumbuh 5,17%, sedangkan pemerintah 5,2%. Namun, realisasinya hanya 5,06%. Meski begitu, pertumbuhan ini sebetulnya lebih baik dibandingkan kuartal III 2016 yang hanya 5,01%.

BI memandang semua indikator pertumbuhan ekonomi membaik, meskipun ada sedikit pelemahan pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga. "Konsumsi rumah tangga tetap terjaga, meskipun tumbuh sedikit lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya," kata dia.

Di sisi lain, Ekonom DBS Gundy Cahyadi mengakui ada sedikit perlambatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Namun, ia melihat ada faktor persediaan bisnis yang juga lemah.

“Jika mengacu pada rincian data ekonomi, cukup jelas bahwa persediaan bisnis (inventory buildup) agak lemah pada periode ini dan ini adalah alasan utama yang menyebabkan PDB secara keseluruhan sedikit mengecewakan,” kata dia.

Gundi memprediksi pertumbuhan ekonomi 5,1% tahun ini. Adapun jika dihitung sepanjang Januari-September (year to date/ytd) ekonomi tahun ini baru tumbuh 5,03%. Untuk mencapai level 5,1%, pertumbuhan ekonomi harus mencapai 5,3-5,4% di kuartal IV.

Adapun pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menargetkan pertumbuhan ekonomi di level 5,2%. Ini artinya, untuk mengejar target ini diperlukan pertumbuhan ekonomi lebih dari 5,6% di kuartal IV.

Mengacu pada data BPS, optimisme konsumen untuk melakukan kegiatan konsumsi diprediksi menurun pada kuartal IV. Padahal, di penghujung tahun ada libur natal dan tahun baru. Hal ini berdasarkan survei tendensi konsumen. (Baca juga: Survei BI: Keyakinan Konsumen Turun karena Pesimis Lapangan Kerja)

Indeks tendensi konsumen diprediksi turun dari 109,42 pada kuartal III menjadi 105,49 pada kuartal IV. Indeks di atas 100 menunjukkan kondisi konsumen positif. Indeks sama dengan 100 menunjukkan kondisi konsumen stagnan, sedangkan bila kurang dari 100, kondisi konsumen negatif.

Adapun penurunan indeks tendensi konsumen terjadi karena pendapatan rumah tangga diprediksi berkurang. Jika pada kuartal III indeks pendapatan rumah tangga sebesar 110,4, pada kuartal IV diproyeksikan menjadi 108,15.

Sementara itu, rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan diprediksi berada di level 100,84. Barang tahan lama yang dimaksud adalah elektronik, perhiasan, perangkat komunikasi, peralatan rumah tangga, kendaraan bermotor, tanah, ataupun rumah.