Luhut Klaim S&P Berpeluang Naikkan Lagi Peringkat Utang Indonesia

ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memberi materi kuliah umum di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (1/3).
20/10/2017, 13.35 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan melihat peluang lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) menaikkan peringkat utang jangka panjang Indonesia menjadi BBB tanpa minus di tahun depan. Hal ini seiring bagusnya indikator-indikator ekonomi Indonesia.

S&P baru saja menaikkan peringkat utang jangka panjang Indonesia menjadi BBB minus pada Mei lalu. Dengan peringkat tersebut, utang jangka panjang Indonesia masuk kategori layak investasi (investment grade). Artinya, risiko gagal bayar (default) utang relatif rendah. (Baca juga: Berkah Level Layak Investasi, Pemerintah Hemat Bunga Utang Rp 6 T)

“Menurut saya pribadi, peluang (kenaikan peringkat) itu ada. Apakah terjadi di tahun depan awal atau akhir,” kata Luhut usai menghadiri Seminar bertajuk Harmonisasi Paradigma Kebijakan Institusi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional di Auditorium Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, Jumat (20/10).

Dalam seminar, ia pun mengaku sempat terlibat dalam upaya Indonesia mendapatkan peringkat layak investasi dari S&P beberapa waktu lalu. "Saya terlibat soal ini diam-diam. Saya diminta Bursa Efek Indonesia (BEI), saya diminta bosnya BEI Tito Sulistio untuk bertemu dengan bos-nya S&P," kata dia. (Baca juga: IHSG Perkasa Meski Investor Asing Jual Bersih Saham Rp 19 Triliun)

Dalam pertemuan tersebut, Luhut menjelaskan tentang pentingnya peringkat layak investasi untuk membantu Indonesia menangani persoalan kemiskinan. Menurut dia, jika tidak ada perbaikan dari sisi ekonomi maka masyarakat miskin bisa menjadi radikal.

"Karena kemiskinan, karena pendidikan, karena pemerataan tidak terjadi, Anda berarti ikut dalam mendorong radikalisme," ucapnya. Empat minggu setelah pertemuan itu, S&P pun memberikan peringkat layak investasi. (Baca juga: 4 Investor Tiongkok & Korsel Siap Investasi Rp 372 Triliun di Kaltara)

“Sekarang dia (S&P) telepon saya lagi, dia mau BBB tanpa minus,” ujarnya. Namun, ketika dikonfimasi ulang tentang hal itu, Luhut meralat. "Oh dia tidak menghubungi saya. Jangan salah tulis ya," ucapnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, kenaikan peringkat tergantung penilaian lembaga pemeringkat. Yang jelas, dalam pertemuan dengan lembaga pemeringkat, pihaknya terus menyampaikan progres dari masalah-masalah yang selama ini jadi subyek penilaian. (Baca juga: Bank Pembangunan Asia Sebut Prospek Ekonomi Indonesia Menguat)

"Apakah dari sisi kebijakan ekonomi seperti fiskal APBN 2017 dan rencana untuk 2018, kondisi moneter seperti nilai tukar, neraca pembayaran, dan masalah institusi," ujarnya. "Tapi, mereka jelas cukup positif, punya confidence terhadap apa-apa yang kami jelaskan, dan kami harap nanti akan menyampaikan (kenaikan peringkat)."