Kinerja Ekspor Kembali Melambat, Ekonomi Kuartal II Stagnan 5,01%

Arief Kamaludin|KATADATA
Pembangunan gedung perkantoran di Jakarta
7/8/2017, 15.38 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 hanya mencapai 5,01%, sama persis dengan kuartal I . Penyebabnya, pertumbuhan ekspor-impor dan pengeluaran pemerintah yang melambat, serta konsumsi rumah tangga yang nyaris stagnan.

Ketua BPS Suhariyanto mengakui pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini di bawah ekspektasi. Pertumbuhan ekonomi bahkan melambat dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 5,18%. "Tapi masih lumayan bagus di tengah ekonomi global yang tidak pasti," kata dia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (7/8).

Secara rinci, ekspor tercatat tumbuh 3,36% dan impor tumbuh 0,55%, jauh melambat dari kuartal sebelumnya yaitu ekspor 8,04% dan impor 5,02%. Meski begitu, pertumbuhannya tercatat lebih baik dibanding  kuartal II tahun lalu yaitu ekspor negatif 2,2% dan impor minus 3,2%. (Baca juga: BI: Ekonomi Rentan Karena Daerah Terlalu Bergantung Pada SDA)

Di sisi lain, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,95%, nyaris stagnan dari kuartal sebelumnya yang sebesar 4,93%. Bahkan, pertumbuhannya lebih lambat bila dibandingkan dengan kuartal II tahun lalu yang sebesar 5,07%. Penyebabnya, ada penurunan pendapatan masyarakat kelas menengah ke bawah yang terlihat dari upah buruh dan tani yang turun.

Di sisi lain, masyarakat kelas menengah ke atas tampak menahan belanja. "Kalau menengah ke atas, transaksi debit masih tumbuh tinggi meski melambat. Tapi ada persentase pendapatan lebih tinggi. Jadi ada indikasi mereka menahan belanja,” kata Suhariyanto. (Baca juga: Penjualan Produsen Barang Konsumsi di Indonesia, India, Vietnam Turun)

Ia menduga, upaya menahan belanja diakibatkan oleh faktor psikologis lantaran masyarakat melihat kondisi ekonomi global saat ini dan ke depan. (Baca juga: Nasabah Ragu Ekonomi Baik, Tabungan Naik Rp 60 Triliun dalam Sebulan)

Sementara itu, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh melambat menjadi minus 1,93%, padahal pada kuartal I mampu tumbuh 2,68%, dan pada kuartal II tahun lalu berhasil tumbuh 6,23%. Penyebab utamanya, gaji ke-13 yang beralih dari kuartal II ke kuartal III dan penurunan belanja barang.

Belanja pegawai tercatat turun 0,44% secara tahunan menjadi Rp 85,83 triliun, sedangkan belanja barang turun 7,11% menjadi Rp 62,96 triliun. Menurut Suhariyanto, penurunan belanja barang terjadi karena adanya efisiensi. Meski begitu, belanja sosial tercatat naik 18,61%.

Sementara itu, investasi atau Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) tercatat tumbuh 5,35% lebih baik dari kuartal I yang sebesar 4,78% dan kuartal II tahun lalu yang hanya 4,18%. Penopangnya, belanja modal pemerintah yang meningkat. 

20162017
Q1Q2Q3Q4FullyearQ1Q2Target APBNP
Konsumsi Rumah Tangga4,975,075,014,995,014,93 4,955,1
LNPRT6,386,726,656,726,628,02
Konsumsi Pemerintah3,436,23-2,95-4,05-0,152,68-1.93 4,6
PMTB4,674.184,244,84,54,785.35 5,4
Ekspor-3,29-2,2-5,64,24-1,748,043.36 4,8
Impor-5,14-3,2-3,72,82-2,275,020.55 3,9
PDB4,925,185,024,945,025,015.01 5,2

Sumber: Data BPS dan APBNP 2017

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi masih akan lebih baik dibanding kuartal I 2017, meski bedanya tidak signifikan. Alasannya, belanja masyarakat pada saat Ramadhan dan Idul Fitri tidak signifikan. Namun, nyatanya malah stagnan. (Baca juga: Konsumsi Melambat, BI Pantau Laju Ekonomi Kuartal II Sedikit Tertekan)

"Permintaan di masyarakat agak lemah," kata Gubernur BI Agus DW. Martowardojo. Meski begitu, ia optimistis pertumbuhan ekonomi di dua kuartal selanjutnya bakal membaik di atas 5,2%. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi di keseluruhan tahun bisa berkisar 5-5,4%. Adapun target peme.rintah ekonomi tumbuh 5,2%.

Optimisme tersebut dengan mempertimbangkan data-data makro ekonomi yang positif. Inflasi, misalnya, tercatat hanya sebesar 0,22% secara bulanan (month to month). Bahkan inflasi saat Ramadan dan Idul Fitri lalu tercatat sebagai yang terendah sepanjang tiga tahun terakhir. Neraca Pembayaran Indonesia dan defisit transaksi berjalan juga membaik. (Baca juga: Darmin: Inflasi Juli Rendah Karena Masyarakat Hemat Setelah Lebaran)

Selain itu, menurut proyeksi BI, ekspor juga akan membaik. Sebab, sudah mulai tampak peningkatan volume perdagangan dunia. Kenaikan itu didukung oleh perbaikan ekonomi di Cina dan Eropa, sehingga mengimbangi penurunan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan India. Ia berharap, korporasi di Indonesia bisa memanfaatkan peluang kenaikan volume perdagangan dunia.