Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada semester II ini diperkirakan dapat mencapai angka 5,3 persen. Hal tersebut dikatakan oleh Senior Economist, Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra dalam sebuah diskusi dengan media.

Aldian memprediksi pendorong pertumbuhan ekonomi semester II akan lebih merata antara ekspor, belanja pemerintah, hingga investasi dan tidak didominasi satu komponen saja. Pada paruh kedua tahun lalu belanja pemerintah sempat terhambat karena adanya penghematan.

"Kami memprediksi (pertumbuhan ekonomi tahun ini) sebesar 5,2 persen. Kalau semester I ini mencapai 5,1 persen maka secara rata-rata pertumbuhan ekonomi semester II akan 5,3 persen," kata Aldian di Jakarta, Senin (24/7). (Baca: BI: Daya Beli Lemah, Konsumsi Masyarakat di Bawah Prediksi)

Dia melihat adanya kemungkinan investasi swasta meningkat secara bertahap dan akan berkontribusi banyak terhadap laju ekonomi. Selain itu, proyek infrastruktur, inflasi yang relatif terjaga, serta dorongan fiskal pemerintah akan menjadi faktor penting pertumbuhan ekonomi pada semester II.

"Lanjutan dari ekspor ore bijih besi dan nikel juga akan menjadi faktor positif ekspor," katanya. Bahkan dia memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan akan berada di angka 5,5 persen. (Baca: Wapres Kumpulkan Menteri-Menteri Bahas Perekonomian Terkini)

Meski demikan, Aldian juga melihat tantangan pemerintah dalam mengebut laju ekonomi pada semester II, khususnya ketika memasuki kuartal III. Salah satu tantangannya adalah tidak adanya lagi program seperti tax amnesty. Oleh sebab itu saat ini pemerintah harus mengoptimalkan basis pajak yang ada untuk menggenjot penerimaan.

"Tapi kami tetap memprediksi pendapatan pajak akan tumbuh 11 persen atau lebih tinggi dari prediksi awal sebesar 6 persen," ujarnya.

Hal yang juga menjadi kunci adalah menggerakkan investasi swasta. Aldian menjelaskan saat ini peran utama berjalannya proyek besar masih ada di tangan pemerintah serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dirinya berharap kontribusi swasta juga dapat meningkat lagi.

"Permintaan pinjaman perusahaan di perbankan mulai membaik, sehingga mendorong pertumbuhan total kredit jadj 8,6 persen di Februari menjadi 9,2 persen pada Maret 2017," katanya. (Baca juga:  BI Ramal Ekspor Membaik, Ekonomi Semester II Bisa Tumbuh 5,3 %)

Sedangkan Head, ASEAN Economic Research Standar Chartered Bank Edward Lee Wee Kok mengatakan perekonomian global saat ini terlihat lebih baik. Salah satu contohnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang tahun ini diperkirakan bisa mencapai 6,8 persen. "Atau lebih cepat dari tahun 2017 lalu," kata Edward.