Di tengah baiknya pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I lalu, beberapa wilayah justru mengalami perlambatan ekonomi, di antaranya Nusa Tenggara Barat (NTB). Penyebabnya, perekonomian yang sangat bergantung pada sektor pertambangan yang tengah tertekan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi NTB minus 4,18 persen. Kondisi tersebut lantas berimbas pada melemahnya pertumbuhan ekonomi Bali dan Nusa Tenggara. Laju ekonomi Bali dan Nusa Tenggara hanya mencapai 2,36 persen, lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 7,09 persen.

“Kontribusi NTB ke keseluruhan Bali dan Nusa Tenggara itu 28 persen, atau kedua setelah Bali. Jadi, ekonomi (NTB) yang terkontraksi, menarik ke bawah pertumbuhan ekonomi di wilayah itu,” ujar dia di kantornya, Jakarta, Jumat (5/5). (Baca juga: Lampaui Proyeksi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Capai 5,01 Persen)

Maka itu, ia menyarankan agar provinsi-provinsi yang selama ini bergantung pada industri berbasis Sumber Daya Alam (SDA), untuk mengembangkan sumber pertumbuhan lainnya, misalnya industri ekonomi kreatif ataupun pariwisata.

“Papua, NTB, dan Kaltim (Kalimantan Timur) itu karena depend highly on (sangat bergantung pada) tambang. Ke depan, switch (bergeser), jangan terlalu tergantung SDA. Bagaimana kuncinya menghasilkan nilai tambah sektor lain seperti ekonomi kreatif dan pariwisata yang berkelanjutan,” kata Suhariyanto.

Halaman: