Bank Dunia memproyeksi jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan bakal makin menyusut tahun ini. Penyebabnya, ekonomi yang terus tumbuh dan tingkat inflasi yang terjaga.
Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia Hans Anand Beck merinci, persentase penduduk berpendapatan di bawah US$ 1,9 atau setara Rp 25.270 per hari, turun dari 7,5 persen pada 2015 menjadi 6,5 persen tahun lalu. Persentasenya diprediksi turun lagi menjadi 5,6 persen tahun ini.
Begitu pula penduduk berpendapatan di bawah US$ 3,1 atau sekitar Rp 41.230 per hari, persentasenya turun dari 32,1 persen pada 2015 menjadi 29,9 persen tahun lalu. Adapun, tahun ini, persentasenya diproyeksi kembali susut menjadi 27,7 persen. (Baca juga: Pemerataan Pembangunan Indonesia di Bawah Malaysia dan Thailand)
Dengan perkembangan tersebut, maka total penduduk Indonesia yang berada di garis kemiskinan mencapai 103,2 juta atau mencapai 39,6 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai 260,6 juta, tahun lalu. Adapun, tahun ini, jumlahnya diproyeksi turun menjadi 86,6 juta atau 33,3 persen dari total penduduk.
"Data dari September 2015 ke 2016 angka kemiskinan turun 0,4 persen. Kami yakin ini akan berlanjut, melihat dari kuatnya pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tren penurunan angka pengangguran sejak 2012," ujar Hans di kantornya, Jakarta, Kamis (13/4). (Baca juga: Belanja Infrastruktur Sokong Ekonomi ASEAN Menguat Lebih Cepat)
Hans memaparkan, pihaknya memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh dari 5 persen tahun lalu menjadi 5,2 persen tahun ini dan 5,3 persen tahun depan. Di sisi lain, inflasi diproyeksi terkendali di level 4,3 persen, atau lebih rendah dari estimasi pemerintah yaitu 4,5 persen. Perkembangan inilah yang digadang-gadang bakal mendorong ekonomi masyarakat.
Meski jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan berpeluang menyusut, namun Hans menyebut konsumsi 40 persen masyarakat termiskin di Indonesia terpantau melemah. Konsumsi 40 persen masyarakat termiskin Indonesia turun 0,08 persen.
Di sisi lain, konsumsi 40 persen masyarakat kelas menengah tumbuh 1,44 persen. Sementara itu, konsumsi 20 persen masyarakat kelas atas terkontraksi 1,36 persen. (Baca juga: Sri Mulyani: Ketimpangan Akibat Orang Kaya Mudah Sembunyikan Harta)