Kenaikan Upah Buruh Februari 2017 Tergerus Inflasi

Arief Kamaludin|KATADATA
konstruksi properti
15/3/2017, 19.27 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat upah buruh tani dan buruh informal perkotaan mengalami kenaikan pada Februari lalu. Namun, kenaikan tersebut tergerus oleh inflasi. Alhasil, daya beli masyarakat kemungkinan tak banyak berubah.

Kepala BPS Suhariyanto memaparkan, kenaikan upah riil terbesar dialami pembantu rumah tangga yaitu sebesar 0,68 persen. Di sisi lain, kenaikan upah riil buruh bangunan perkotaan tercatat paling kecil, nyaris stagnan. Tipisnya kenaikan upah riil tersebut menunjukkan kemampuan buruh bangunan dalam membeli barang atau jasa tak banyak berubah.

“Daya beli buruh bangunan ini memang stagnan, hanya naik 0,04 persen,” kata Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Rabu (15/3).(Baca juga: Harga Cabai Naik, Inflasi Maret Diramal Cuma 0,18 Persen)

Secara rinci, ia memaparkan, rata-rata upah petani per hari naik 0,55 persen dari Rp 49.000 pada Januari menjadi Rp 49.268 pada Februari. Namun, bila dikurangi dengan inflasi pedesaan Februari yang mencapai 0,38 persen, maka upah riil hanya naik 0,16 persen.

Di sisi lain, upah buruh informal perkotaan mengalami kenaikan beragam. Rata-rata upah pembantu rumah tangga per bulan mengalami kenaikan terbesar yaitu 0,92 persen dari Rp 367.465 menjadi Rp 370.846. Namun, setelah dipotong inflasi perkotaan yang sekitar 0,23 persen, maka upah riil-nya naik 0,68 persen. (Baca juga: Tingkatkan Kualitas SDM, Menkeu Kaji Insentif Bagi Industri

Sementara itu, rata-rata upah buruh bangunan di perkotaan naik paling kecil yaitu sebesar 0,27 persen dari Rp 83.432 menjadi Rp 18.657. Jika dikurangi dengan inflasi perkotaan, maka upah riil-nya hanya naik 0,04 persen. 

Adapun, rata-rata upah buruh potong rambut wanita per kepala meningkat sebesar 0,42 persen. Namun, setelah dikurangi inflasi perkotaan, maka upah riil-nya hanya meningkat 0,19 persen. 

Halaman: