Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I ini di bawah 5,05 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan masih seretnya belanja pemerintah jadi alasan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama ini.
"Di kuartal pertama kami lihat perlu ada koreksi pertumbuhan ekonomi di bawah 5,05 persen," kata Agus di Cibubur, Kamis (23/2). Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2017 akan mencapai 5,05 persen.
Agus menjelaskan, lambatnya pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari pengurangan belanja pemerintah pada semester II tahun lalu. Padahal, kontribusi belanja pemerintah sangat penting dalam porsi pertumbuhan ekonomi. "Peran belanja pemerintah itu sebenarnya efektif sekali, tapi sekarang kami lihat perlu ada koreksi."
(Baca juga: Harta 4 Orang Terkaya Indonesia Setara 100 Juta Orang Miskin)
Rendahnya proyeksi pada kuartal pertama ini berdampak terhadap target pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar 5,1 persen. Meski, menurut perhitungan BI, pertumbuhan ekonomi tahun ini masih bisa mencapai 5 hingga 5,4 persen.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sempat menargetkan pertumbuan ekonomi tahun ini bisa berada di antara 5,4 sampai 5,8 persen. "Bisa bergerak 5,4 sampai 5,7 persen, bahkan 5,8 persen, supaya bisa jadi pertumbuhan ekonomi 2018 (6,1 persen)," kata Darmin, dua pekan lalu.
(Baca juga: Dipanggil Jokowi, Darmin Yakin Ekonomi Bisa Tumbuh Sampai 5,8 Persen)
Syaratnya, kata Darmin, belanja pemerintah dalam APBN harus efektif menjadi instrumen pertumbuhan secara positif. Selain itu, investasi swasta juga harus cukup tinggi. Sebaliknya, inflasi harus ditekan hingga tak melampaui angka 4 persen.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2016 sebesar 5,02 persen. Angka itu masih di bawah target APBN Perubahan 2016 yang sebesar 5,2 persen.