Pertumbuhan ekonomi di sejumlah daerah lumbung komoditas kembali terdongkrak seiring kebangkitan harga komoditas. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Papua dan Maluku tumbuh paling tinggi sepanjang 2016 lalu, saat Bali dan Nusa Tenggara justru merosot.
Ekonomi Maluku dan Papua tumbuh 7,45 persen sepanjang 2016, melebihi tahun sebelumnya yang sebesar 6,62 persen. “Di wilayah timur (perekonomian) terdorong oleh kenaikan harga komoditas, sehingga juga mendorong ekspor dari wilayah timur,” kata Kepala BPs Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (6/2) kemarin.
(Baca juga: BI: Kenaikan Harga Komoditas Akan Topang Pertumbuhan Ekonomi 2017)
Daerah penghasil komoditas lainnya yaitu Sumatera juga mengalami kenaikan pertumbuhan menjadi 4,29 persen dari tahun sebelumnya 3,54 persen. Meski level pertumbuhan tak setinggi Maluku dan Papua, kenaikan pertumbuhan di Sumatera berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional lantaran kontribusinya mencapai 22,03 persen. Di sisi lain, kontribusi Maluku dan Papua baru 2,46 persen.
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan juga tercatat membaik ke level 2,01 persen, melebihi tahun sebelumnya 1,31 persen. Adapun kontribusi Kalimantan terhadap perekonomian nasional sebesar 7,85 persen. (Baca juga: Sri Mulyani Harap Pulihnya Ekspor Tak Terganjal Amerika dan Cina)
Pulau | Pertumbuhan 2015 (%) | Kontribusi (%) | Pertumbuhan 2016 (%) | Kontribusi (%) |
Sumatera | 3,54 | 22,21 | 4,29 | 22,03 |
Jawa | 5,45 | 58,29 | 5,59 | 58,49 |
Bali dan Nusa Tenggara | 10,29 | 3,06 | 5,89 | 3,13 |
Kalimantan | 1,31 | 8,15 | 2,01 | 7,85 |
Sulawesi | 8,18 | 5,92 | 7,42 | 6,04 |
Maluku dan Papua | 6,62 | 2,37 | 7,45 | 2,46 |
Kondisi berbeda dialami Sulawesi. Daerah penghasil kakao dan tambang ini justru mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi 7,42 persen dari tahun sebelumnya 8,18 persen. Padahal, menurut Suhariyanto, Sulawesi biasanya menjadi salah satu wilayah yang tumbuh positif, meski harga komoditas jatuh. Sebab, kawasan ini melakukan diversifikasi ke produksi coklat.
Tak hanya Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Bali dan Nusa Tenggara juga mengalami penurunan. Perekonomian daerah tersebut mampu tumbuh 10,29 persen pada 2015, namun berbalik merosot menjadi 5,89 persen pada 2016. Padahal, sektor pariwisata yang menjadi unggulan daerah tersebut semestinya makin menggeliat seiring dengan lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang tahun lalu.
BPS mencatat kunjungan turis asing sepanjang Januari-November 2016 mencapai 10,41 juta atau naik 10,46 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut lebih baik dibanding Januari-November 2015 yang hanya 8,8 juta kunjungan atau naik 3,23 persen. (Baca juga: Kejar 15 Juta Turis Asing, Kementerian Pariwisata Fokus ke ASEAN)
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jawa tercatat naik tipis menjadi 5,59 persen dari tahun sebelumnya 5,45 persen. Kontribusi Jawa terhadap pertumbuhan ekonomi nasional masih dominan yaitu 58,49 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi nasional tercatat sebesar 5,02 persen pada 2016 lalu, membaik dari 4,88 persen pada 2015.