Para konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga bakal meningkat, baik dalam 3 bulan maupun 6 bulan mendatang. Penyebabnya adalah perkiraan kenaikan tarif tenaga listrik dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Perkiraan tersebut berdasarkan hasil Survei Konsumen Januari 2017 yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Survei bulanan ini dilakukan terhadap sekitar 4.600 rumah tangga di 18 kota besar seluruh Indonesia.
"Tekanan kenaikan harga diperkirakan meningkat pada April 2017," tulis survei yang dipublikasikan di situs BI tersebut, Senin (6/2) kemarin. Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang sebesar 171,8 atau melonjak 9 poin dari bulan sebelumnya (Desember 2016). Alasan konsumen adalah perkiraan kenaikan tarif listrik dan harga BBM.
Secara regional, peningkatan IEH 3 bulan mendatang terjadi di 14 kota, dengan kenaikan tertinggi di Pangkal Pinang dan Banjarmasin. (Baca: Daya Beli Masyarakat Tahun Ini Diramal Tak Terpukul Inflasi Tinggi)
Sementara itu, tekanan kenaikan harga pada 6 bulan mendatang (Juli 2017) juga diperkirakan meningkat dari bulan sebelumnya. IEH 6 bulan mendatang naik dari 171,6 menjadi 176. Konsumen memperkirakan tingginya permintaan sepanjang libur Hari Raya idul Fitri dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa.
Sebelumnya, BI dan beberapa ekonom memperkirakan inflasi tahun ini bakal melampaui inflasi tahun lalu yang sebesar 3,02 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, tekanan inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices) yaitu tarif listrik dan kebijakan BBM satu harga. BI dan pemerintah akan berupaya menjaga inflasi di kisaran target 4-5 persen tahun ini.
(Baca: Pemerintah Optimistis Inflasi Tinggi Tak Akan Berlanjut Tahun Ini)
Sedangkan Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan mengatakan, kenaikan tarif listrik bisa mendongkrak inflasi di kisaran 4 persenan. “Tanpa administered price, dengan pertumbuhan ekonomi yang belum naik, inflasi tidak akan naik banyak dari 3,02-3,1 pesen. Kalau ditambah administered prices 0,8-1 persen (listrik), bisa sampai 4,1-4,2 persen. Tapi itu belum memasukan faktor BBM,” ujar Anton.
Meski begitu, secara umum survei konsumen mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian Indonesia tetap berlanjut. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Januari 2017 msih berada di level optimis, yaitu 115,3. Besarannya relatif sama dengan bulan sebelumnya yakni 115,4.
Kondisi optimisme konsumen itu sejalan dengan penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 1,5 poin dari bulan sebelumnya. Namun, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini meningkat 1,4 poin. (Baca: Inflasi Januari 2017 Sebesar 0,97 Persen, Tertinggi Sejak 2015)
Peningkatan IKE Januari 2017 ditopang oleh kenaikan seluruh indeks pembentuknya, dengan kenaikan tertinggi pada indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 3,3 poin. Sementara itu, indeks penghasilan saat ini dan indeks ketersediaan lapangan kerja masing-masing meningkat 0,6 poin dan 0,2 poin dari bulan sebelumnya.