Inflasi 2016 Sebesar 3,02 Persen, Terendah Sejak 2010

KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis: Muhammad Firman
Editor: Pingit Aria
3/1/2017, 14.00 WIB

Badan Pusat statistik mengumumkan, tingkat Inflasi tahun 2016 sebesar 3,02 persen, hampir 1 persen lebih rendah dari sasaran inflasi yang ditetapkan pemerintah yakni 4,0 persen. Angka itu juga yang terendah dalam enam tahun terakhir.

 “Tahun ini inflasi merupakan yang terendah sejak 2010“ kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Kantor Badan Pusat Statistik Jakarta, Selasa (3/1/2016).

Jika dirunut ke belakang, pada 2011 nilai inflasi mencapai 3,79 persen. Pada 2012 nilai inflasi ini naik hingga 4,30 persen. Selanjutnya, inflasi ini terus melonjak dan nilainya sangat tinggi hingga 8,38 pada 2013, dan hanya turun sedikit menjadi 8,36 pada 2014. Pemerintah baru bisa menekan inflasi di tahun berikutnya. Inflasi ini baru bisa turun pada 2015 menjadi 3,35 persen.‎

(Baca juga: Inflasi Naik Akibat Tarif Listrik, Ekonomi 2017 Terancam Stagnan)

Dalam peraturan ini sasaran inflasi yang ditetapkan adalah inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tahunan year on year. Untuk tahun 2016, sasaran inflasi ditetapkan pada tingkat 4,0 persen. Untuk tahun 2017 sebesar 4,0 persen, dan tahun 2018 sebesar 3,5 persen. Ketiganya dengan tingkat deviasi 1 persen di atas atau di bawah sasaran yang ditetapkan.


Inflasi Januari-Desember 2016

Suharyanto memaparkan, pada bulan Desember 2016 terjadi inflasi sebesar 0,42 persen. Dari 82 kota yang dipantau Badan Pusat Statistik, sebanyak 78 kota mengalami inflasi, sementara 4 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di kota Lhokseumawe sebesar 2,25 persen, sedangkan yang terendah terjadi di Padangsidompuan dan Tembilahan masing-masing sebesar 0,02 persen. Kota Manado adalah kota yang mengalami deflasi tertinggi dengan 1,52 persen, sedangkan yang terendah terjadi di Tegal sebesar 0,09 persen.

(Baca juga:  Jelang Tahun Baru, Harga Cabai Merah, Telur dan Daging Ayam Naik)

Inflasi pada bulan Desember 2016 ini lebih disebabkan oleh naiknya besarnya pengeluaran masyarakat untuk membeli tiket pesawat. Kecenderungan naiknya harga tiket pesawat pada musim liburan akhir tahun menyumbang andil 0,11 persen terhadap inflasi. “Karena Desember tahun ini long weekend-nya sampai tiga kali.” Kata Suharyanto.

Suhariyanto mengungkapkan, selain tiket pesawat, pada Desember 2016 lalu beberapa barang yang mengalami kenaikan harga, tiket kereta api, telur ayam ras, ikan segar, cabai rawit, daging ayam ras, bensin, rokok kretek filter, beras, ikan diawetkan, hingga tarif sewa rumah.

Secara umum, inflasi kelompok bahan makanan sebesar 0,50 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,45 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,18 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,12 persen.

Sebaliknya, banyaknya program obral akhir tahun membuat kelompok sandang justru mengalami deflasi sebesar 0,46 persen pada Desember 2016.

(Baca juga: Asosiasi Pengusaha Ritel Targetkan Pertumbuhan 10 Persen di 2017)

Reporter: Muhammad Firman