Efek Brexit, Inggris Alami Pertumbuhan Terlambat Sejak 2009

Saham KATADATA | Arief Kamaludin
24/11/2016, 15.52 WIB

Pusaran hitam Brexit mulai terlihat. Inggris terpaksa mengajukan pinjaman US$ 72,6 miliar untuk lima tahun mendatang akibat perlambatan ekonomi yang dipicu keluarnya negara tersebut dari Uni Eropa. Hal ini disampaikan lembaga penasihat keuangan Inggris atau Office of Budget Responsibility.

“Ini benar-benar situasi yang rentan,” kata analis pasar dari City Index, Fiona Cincotta seperti dilansir CNN, Rabu (23/11). Ia menyebut tingkat pengeluaran pemerintah Inggris berpotensi menciptakan pusaran hitam yang lebih besar. (Baca: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global Akibat Brexit)

Lembaga independen pemerintah tersebut menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Inggris diprediksi terpuruk hingga ke level 1,4 persen. Padahal pada Maret lalu, angkanya diprediksi mencapai 2,2 persen. Berdasarkan data Dana Moneter Internasional atau international Monetary Fund (IMF), angka pertumbuhan ekonomi Inggris pada 2017 itu menjadi yang terendah sejak 2009.

Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond mengungkapkan, pertumbuhan terkoreksi karena adanya ketidakpastian serta tingginya inflasi akibatnya melemahnya mata uang poundsterling. Selain itu, investasi dan angka permintaan juga diperkirakan memburuk.

Secara keseluruhan, potensi pertumbuhan Inggris tahun depan 2,4 persen lebih rendah dibandingkan dengan prediksi apabila Inggris tetap menjadi bagian dari Uni Eropa. Pemerintah Inggris mengumumkan angka ini pada Rabu (23/11), sebagai bagian dari rencana belanja dan pajak pemerintah setempat, sejak pemungutan suara yang berujung kepada Brexit. Mereka berasumsi, dengan keluarnya Inggris dari Uni eropa pada April 2019, pemerintah akan memperketat pengawasan arus migrasi dan pertumbuhan perdagangan akan melemah.

Hammond juga mengumumkan rencana pemerintah Inggris menaikkan upah minimum, mengucurkan investasi US$ 1,7 miliar untuk perumahan baru, serta melarang agen perumahan untuk membebankan biaya tertentu kepada para penyewa. (Baca: 7 Kota Ini Berpeluang Rebut Bisnis dari London setelah Brexit)

Pemerintah Inggris mengklaim akan mengumpulkan dana £ 23 miliar untuk investasi di bidang inovasi dan infrastruktur selama lima tahun ke depan. Namun, dengan anggaran yang kurang seimbang, Hammond harus memikirkan adanya kesenjangan antara pengeluaran serta pemasukan pemerintah.

Voting yang menentukan nasib keanggotaan Inggris di Uni Eropa, telah membuat mata uang pound melemah. Pound telah terperosok hingga 17 persen atas dolar Amerika Serikat sejak 23 Juni lalu. (Baca: Di Asia, India Paling Sedikit Terdampak Brexit)