Darmin Masih Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi 2016 Tercapai

Arief Kamaludin|KATADATA
Darmin Nasution KATADATA|Arief Kamaludin
Penulis: Miftah Ardhian
1/9/2016, 21.25 WIB

Di tengah keraguan sejumlah pihak mengenai target pertumbuhan ekonomi tahun ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan pandangan berbeda. Dia mengaku masih yakin pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 5,2 persen sesuai target.

"Kalau saya sih masih optimistis," ujarnya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (1/9). (Baca: Sri Mulyani Akui Pertumbuhan Ekonomi 2016 Sulit Capai 5,2 Persen)

Meski begitu, Darmin tidak menjelaskan lebih lebih lanjut faktor-faktor apa saja yang membuatnya yakin target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Perubahan (APBN-P) 2016 bisa tercapai.  Padahal, dalam enam bulan pertama tahun ini saja perekonomian Indonesia masih lambat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi hingga semester I hanya 5,04 persen, masih jauh dari target 5,2 persen. Untuk bisa mencapai target, pemerintah harus menggenjot pertumbuhannya pada paruh kedua menjadi sekitar 5,3 – 5,4 persen.

Upaya ini kemungkinan akan sulit dilakukan dalam waktu yang hanya tinggal empat bulan lagi. Apalagi pemerintah baru saja mengeluarkan kebijakan pemangkasan anggaran sebesar Rp 133,7 triliun atau sekitar 6,4 persen dari belanja negara tahun ini.

Komponen pertumbuhan ekonomi lain, yakni perdagangan luar negeri juga tidak bisa diandalkan. Mengingat perekonomian dunia yang masih belum baik saat ini. Sepanjang semester I komponen ekspor dan impor tidak tumbuh, bahkan minus.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pesimistis target pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa tercapai. Dalam perhitungannya kebijakan pemangkasan anggaran akan membuat pertumbuhan ekonomi melambat 0,1 persen.

"Saya akui (mencapai pertumbuhan ekonomi) 5,2 persen cukup berat," ujarnya. (Baca: Menkeu: Pemangkasan Anggaran Membuat Ekonomi Melambat 0,1 Persen

Dengan adanya pemangkasan anggaran, pemerintah harus bisa menggenjot pertumbuhan pada komponen utama lainnya, yakni konsumsi rumah tangga dan investasi. Kuncinya adalah dengan meredam inflasi agar tidak menggerus daya beli dan menciptakan iklim usaha untuk menarik minat investasi.  

Komponen investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang berkontribusi lebih dari 30 persen pertumbuhan ekonomi pun sepertinya akan sulit menopang. Kepala BKPM Thomas Lembong sempat mengatakan bahwa peningkatan realisasi investasi tahun ini akan lebih rendah dari tahun lalu.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penghematan belanja yang dilakukan pemerintah akan membatasi investasi swasta, terutama di sektor rill. Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah dan rendahnya suku bunga belum berhasil mendorong investasi di sektor riil.

Dengan kondisi ini, pertumbuhan ekonomi semester II hanya bisa mengandalkan konsumsi rumah tangga. Masalahnya perbaikan daya beli masyarakat juga masih terbatas. "Jadi perkiraan Pertumbuhan Ekonomi full year 2016 masih berada di kisaran 5,0 persen," ujar Joshua.

Dua pekan lalu, Bank Indonesia (BI) juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 5-5,4 persen menjadi 4,9-5,3 persen. Sama dengan perdiksi Menteri Keuangan, BI juga menyatakan pertumbuhan ekonomi akan melambat akibat adanya pemangkasan anggaran.

Reporter: Miftah Ardhian