Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2016 sebesar 5,18 persen. Ini melampaui perkiraan para ekonom dan lebih tinggi dari kuartal I lalu yang tumbuh 4,92 persen. Alhasil, selama semester I, ekonomi tumbuh 5,04 persen. Penopang utama melesatnya pertumbuhan ekonomi kuartal II adalah kenaikan konsumsi masyarakat dan lonjakan belanja pemerintah.

Gundy Cahyadi, Economist Group Research DBS Bank, menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II cukup mengejutkan. Pencapaiannya lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yaitu tumbuh 5 persen pada kuartal II sehingga ekonomi secara keseluruhan pada semester I tumbuh 4,96 persen.

Ia mencatat, dua faktor kunci pencapaian ekonomi kuartal II lalu. Pertama, belanja pemerintah tumbuh 6,3 persen secara tahunan (year on year/yoy). Bahkan, dibandingkan kuartal sebelumnya, belanja pemerintah kuartal II-2016 tumbuh 36,2 persen.

Pemerintah memang memacu pengeluaran belanjanya. Realisasi belanja pemerintah di kuartal II sebesar Rp 474,3 triliun, melonjak dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 384,7 triliun. Secara lebih khusus, penyerapan belanja modal saat ini sekitar 22 persen dari target 2016. Sedangkan pada periode sama tahun lalu maish 11 persen dari target.

“Ini meringankan ke depannya tapi pemerintah masih perlu berusaha menjaga defisit anggaran,” kata Gundy dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (5/8). (Baca: Lampaui Perkiraan, Ekonomi Semester I Tumbuh di Atas 5 Persen)

Kunci kedua, menurut dia, konsumsi masyarakat yang merupakan penopang utama produk domestik bruto (PDB) Indonesia dari sisi pengeluaran. Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2016 tumbuh 5,04 persen, lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,94 persen.

Deputi Kepala BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Kecuk Suharyanto, menyatakan peningkatan konsumsi itu didukung oleh rendahnya inflasi sehingga memperkuat daya beli masyarakat. Peningkatan konsumsi masyarakat itu tercermin dari penjualan mobil dan semen.

“Tahun lalu penjualan mobil negatif, sekarang sudah mulai positif,” katanya.

Produksi mobil pada kuartal II-2016 mencapai 316.351 unit atau naik 10,96 persen dari kuartal sebelumnya dan sebesar 13,36 persen secara tahunan (yoy). Begitu pula dengan produksi semen sebanyak 14,4 juta ton atau naik 3,34 persen dari kuartal sebelumnya dan 7,82 persen yoy.

Kecuk juga melihat indikator peningkatan konsumsi masyarakat dari pertumbuhan impor barang konsumsi. Penurunan suku bunga acuan BI rate pada periode Maret-Juni juga berdampak ke sektor usaha dan masyarakat. “Penggunaan kartu kredit juga lumayan,” imbuhnya.

(Baca: Konsumsi Rumah Tangga Jadi Andalan Ekonomi Kuartal II)

Juniman, Ekonom Maybank, juga menyebut pertumbuhan ekonomi kuartal II-2016 didukung peningkatan konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah. Secara lebih khusus, dia melihat peningkatan konsumsi juga tertolong oleh beberapa kebijakan fiskal.

Pertama, pemberian gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pegawai negeri sipil (PNS) yang dicairkan pertengahan Juni lalu. Kedua, kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) turut meningkatkan konsumsi masyarakat.

Kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga, turut berperan meningkatkan konsumsi masyarakat. Terutama konsumsi barang-barang ritel.

Sedangkan aktivitas ekspor-impor dan investasi swasta masih belum memberikan kontribusi berarti terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran. Ekspor barang dan jasa pada kuartal II masih turun 2,7 persen dibandingkan periode sama 2015, meski lebih baik dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang minus 3,5 persen.

(Baca: Belanja Dipotong, Pemerintah Yakin Pertumbuhan Ekonomi Bisa Naik)

Sementara itu, belanja pemerintah dalam jumlah besar belum terlalu berhasil membangkitkan investasi swasta.

Buktinya, pertumbuhan Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal II-2016 sebesar 5,06 persen, lebih baik dari periode sama 2015 namun lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,6 persen. PMTB merupakan pengeluaran untuk barang modal sebagai investasi, seperti untuk bangunan, jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan.

Namun, Gundy menilai konsumsi rumah tangga yang masih paling berperan menggerakkan perekonomian. Jadi, selama konsumsi rumah tangga tumbuh pada tren 5 persen, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun ini diperkirakan sekitar 5 persen. “Pertumbuhan akan sekitar 5,1 atau 5,2 persen tahun ini,” katanya.