Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2017 mencapai 5,5 persen. Proyeksi tersebut mempertimbangkan efek penerapan pengampunan pajak (tax amnesty) yang akan berimbas pada perekonomian di semester dua 2016, dan lebih banyak lagi di tahun depan.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan awalnya BI meramal ekonomi tahun depan hanya tumbuh 5,3 persen. Namun, tax amnesty bisa memberi tambahan potensi pertumbuhan 0,3 hingga 0,4 persen dari baseline tersebut. Tetapi besaran efeknya tergantung pada tingkat pengaruhnya terhadap sektor riil. (Baca: Defisit Diperkecil, Pemerintah Yakin Ekonomi Tumbuh 5,2 Persen).
Dari sisi investasi, jika likuiditas yang diperkirakan mencapai Rp 560 triliun dari repatriasi -penempatan dana dari luar ke dalam negeri- tersalur ke sektor riil maka investasi diperkirakan naik signifikan. Peningkatan modal juga akan memicu penguatan rupiah sehingga beban biaya impor bahan baku mengecil. “Dengan begitu, minat investasi swasta meningkat dan mendorong ekonomi tumbuh lebih baik,” kata Perry di Kementerian Keuangan, Rabu, 29 Juni 2016.
Terapresiasinya rupiah imbas kepastian Undang-Undang Pengampunan Pajak juga akan berdampak positif terhadap konsumsi rumah tangga. Sebab, inflasi akan mengecil karena harga barang-barang impor menjadi lebih murah. Bank sentral memperkirakan inflasi hingga akhir tahun di kisaran 3,9 persen, lebih optimistis dari proyeksi awal empat persen. (Baca: BI: Pengesahan Tax Amnesty Perkuat Rupiah).
Perbaikan dari sisi investasi dan konsumsi rumah tangga ini kemudian akan memicu peningkatan kredit perbankan. Tahun ini, pertumbuhan kredit yang awalnya diprediksi hanya 10 persen bisa menjadi 12 persen. Tahun depan, persepsi positif atas pertumbuhan kredit juga meningkat dari prediksi 13 persen menjadi 16 hingga 17 persen. Selain karena likuiditas bertambah, kenaikan kredit juga disebabkan oleh pelonggaran moneter yang telah dilakukan BI yakni menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) dan makroprudensial.
“Capital inflow dari tax amnesty akan memperbaiki kinerja ekonomi melalui beberapa aspek. Yang jelas, dengan aliran dana masuk rupiah bisa menguat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi, disamping inflasi yang rendah. Likuiditas akan lebih banyak sehingga mendorong kredit dan investasi swasta,” ujar Perry. (Lihat pula: DPR Setuju Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen).
Pada tahun ini, tax amnesty akan menopang tercapainya target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen. Alasannya, pembayaran tarif tebusan tax amnesty akan menambah penerimaan negara yang diperkirakan mencapai Rp 165 triliun. Dengan begitu, belanja negara yang dipangkas pun mengecil dari perkiraan awal sebesar Rp 50 triliun.
Artinya, investasi pemerintah di sektor infrastruktur tidak terhambat sehingga bisa mendorong perekonomian. Karena itu, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II hingga IV secara berturut-turut mencapai 5 persen, 5,1-5,2 persen, dan 5,4 persen.
“Tax amnesty akan memperbaiki kinerja ekonomi, dan perbaikan itu akan terlihat di 2017. Prediksi BI, Kuartal IV tahun ini bisa mencapai 5,4 persen, maka asumsi pertumbuhan ekonomi di APBN-P 2016 sebesar 5,2 persen bisa dicapai,” kata Perry. (Lihat juga: Ekonomi Lesu, Industri Manufaktur Kuartal II Diprediksi Turun).