Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak terhadap penurunan harga barang-barang. Inilah salah satu faktor yang mendasari perkiraan Bank Indonesia (BI), bahwa bulan April akan terjadi deflasi sebesar 0,3 persen. Sementara itu, laju inflasi terjaga karena harga pangan juga tidak naik signifikan.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi Moneter BI Juda Agung mengatakan, potensi deflasi pada April didukung oleh penurunan harga BBM jenis Premium an Solar sebesar Rp 500 per liter sejak awal April lalu. Hal ini diikuti oleh himbauan pemerintah agar tarif transportasi umum ikut turun sebesar empat persen. Inilah yang menyebabkan penurunan komponen inflasi dari harga yang diatur pemerintah (administered price), seperti harga BBM, tarif dasar listrik (TDL) dan tarif transportasi, berpotensi menyebabkan deflasi pada April.
Di sisi lain, Juda melihat, harga komoditas pangan (komponen volatile food) tidak ada yang naik secara signifikan. “Saya kira ini sudah stabilisasi. April bisa deflasi 0,3 persen,” katanya seusai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/4).
(Baca: Inflasi Pada Maret Akibat Kenaikan Harga Bahan Pangan)
Sekadar informasi, laju inflasi sejak awal tahun ini memang cenderung rendah. Jika pada Januari lalu terjadi inflasi sebesar 0,51 persen, sebulan berselang malah deflasi 0,09 persen. Adapun pada Maret lalu kembali terjadi inflasi sebesar 0,19 persen atau secara tahunan (year on year) mencapai 4,45 persen, yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 6,38 persen. Artinya inflasi tahun kalender jika April terjadi deflasi 0,3 persen, yaitu sebesar 0,31 persen.
(Baca: Menteri Darmin: Ada Pemain Pengaruhi Harga Pangan Tinggi)
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo juga memperkirakan deflasi akan terjadi pada April ini. Penurunan tarif angkutan umum yang baru terasa dampaknya mulai pertengahan April, sehingga peluang terjadinya deflasi semakin besar. Apalagi, bobot harga BBM terhadap inflasi mencapai sebesar 3,61 persen. Penurunan Tarif Dasar Listrik (TDL) juga mendorong deflasi, karena bobotnya 2,5 persen.
(Baca: BPS Meramal Deflasi dan Harga Barang Turun Selama 3 Bulan)
Di sisi lain, dia menilai, potensi deflasi semakin besar kalau pemerintah bisa menjaga harga bawang merah dan cabai rawit. Meski bobot cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah terhadap inflasi cenderung kecil, yaitu masing-masing 0,19 persen, 0,69 persen, dan 0,66 persen. “Saya kira indikasinya, kalau tidak ada yang lain, bawang merah dan putih, cabai merah dan rawit itu bisa dijaga. Saya kira, April punya peluang deflasi,” ujar Sasmito.