KATADATA - Pemerintah bisa agak lega. Harga sejumlah komoditas pangan bulan ini menurun. Beberapa ekonom pun memperkirakan Februari mengalami inflasi rendah, bahkan ada yang memprediksi deflasi.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan tekanan terhadap harga yang bergejolak atau volatile food mulai berkurang. Misalnya, lantaran bulan lalu keran impor jagung ditutup mengakibatkan harga telur dan daging ayam naik. Saat ini, impor jagung sudah dibuka sehingga tekanan pada harga kedua komoditas tersebut berkurang. Alhasil, dia meramalkan bulan ini deflasi 0,1 hingga 0,2 persen secara bulanan atau month to month (mtm).
Selain itu, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga terus menurun. Bahkan pemerintah berencana mengurangi kembali harga BBM pada April nanti. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap Tarif Dasar Listrik yang dijaga rendah. (Baca: Harga Sejumlah Pangan Mengerek Inflasi Januari 0,51 Persen).
Di sisi lain, inflasi inti juga terus menunjukan perbaikan dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. “Asal ke depan mekanisme (penentuan harga BBM) jelas. Ini bisa mendorong harga minyak yang lebih rendah, harga pokoknya turun,” kata David kepada Katadata, Jumat, 26 Februari 2016.
Dia juga memperkirakan, inflasi Maret dan April akan tetap rendah karena memasuki musim panen. Tetapi urusan logistik dan distribusi masih menjadi tantangan pemerintah untuk menjaga harga pangan. Dengan begitu inflasi bisa diarahkan sesuai target 4,7 persen.
Ekonom Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih juga berpandangan bahwa tekanan terhadap harga pangan mulai berkurang. Sama seperti David, Lana memperkirakan inflasi Februari akan rendaha. Secara bulanan, Februari diperkirakan inflasi 0,1 persen mtm, dan 4,62 secara tahunan atau year on year.
Namun Lana melihat, secara total, nilai bahan makanan masih menanjak yang dipicu oleh kenaikan harga daging sapi. Sementara itu, penurunan tarif dasar listrik belum akan berefek besar. (Baca pula: Inflasi Rendah Berperan Turunkan Penduduk Miskin 80 Ribu Orang).
Secara tahunan, Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi memperkirakan inflasi Februari mencapai 4,8 persen yoy. Menurut dia, inflasi akan naik signifikan saat memasuki bulan puasa. Adapun inflasi inti diperkirakan 3,7 persen.
“Terbatasnya kenaikan signifikan di harga minyak mentah, bank sentral memperkirakan inflasi akan sesuai target. Kami memperkirakan, kebijakan Bank Indonesia masih bias longgar,” ujar Gundy.