KATADATA - Bank Indonesia memprediksi ekonomi ke depan masih sulit. Untuk itu, bank sentral mengarahkan kebijakan moneter yang konsisten dan hati-hati untuk menjaga inflasi dan defisit transaksi berjalan tahun depan. Langkah itu juga untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar sesuai fundamental ekonomi.
Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan ada empat tantangan yang menghadang tahun depan. Pertama, perlambatan ekonomi Cina diperkirakan hanya tumbuh 6,5 persen hingga 7 persen. Kedua, tren harga komoditas masih bergerak turun. Ketiga, ketidakpastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed. Terakhir, meningkatnya dana asing yang keluar atau capital outflow.
Meski inflasi dan defisit transaksi berjalan terlihat mulai membaik, namun risiko eksternal masih tinggi. Kondisi ini menganggu kestabilan ekonomi nasional, termasuk potensi risiko instabilitas yang dipicu oleh ketidakpastian kenaikan Fed Rate. Karena itu, kata Agus, kebijakan moneter yang diambil BI masih tetap konsisten dan hati-hati. (Baca juga: DBS Perkirakan Dua Faktor Ancaman Pertumbuhan Ekonomi 2016).
“Di tengah komposisi dana asing yang rentan berbalik arah, kebijakan moneter perlu ditempuh secara hati-hati dan terukur,” kata Agus dalam acara Pertemuan Tahunan BI 2015 di JCC, Jakarta, Selasa, 24 November 2015. Sehingga, lanjut dia, situasi yang rentan itu tidak menekan kembali atas stabilitas ekonomi sehingga memperlemah momentum pertumbuhan.
Dengan melihat berbagai data, BI memperkirakan inflasi tahun depan berada pada kisaran empat persen plus minus satu persen. Adapun defisit transaksi berjalan di bawah tiga persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi diprediksi 5,2 hingga 5,6 persen. Dari sisi makropudensial, Agus menegaskan akan mendukung pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga merata di daerah melalui peningkatan fungsi intermedia bank. Pertumbuhan kredit diprediksi tumbuh 12 sampai 14 persen. (Baca pula: Bank Dunia: Kuartal Ketiga Awal Pertumbuhan).
Berdasarkan prediksi tersebut, BI memandang ada empat prioritas kebijakan yang patut ditempuh pemerintah guna memperkuat ketahanan dan daya saing ekonomi nasional. Pertama, meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi dan pangan, serta ketersediaan air. Kedua, kebijakan industrialisasi tidak hanya bagi industri pengolahan tetapi juga sektor unggulan. Kemudian, mempercepat pembangunan infrastruktur fisik dan nonfisik. Terakhir, menguatkan kebijakan di sektor keuangan.
Kendati begitu, menurut Agus, ada empat kekuatan domestik yang membantu pertumbuhan ekonomi. Pertama, paket kebijakan ekonomi yang mendukung tumbuhnya investasi dan industri di dalam negeri. Lalu, penduduk usia produktif akan meningkat dalam 15 tahun mendatang sehingga memperkuat basis permintaan barang dan jasa. Ketiga, konsolidasi kehidupan politik di alam demokrasi yang bebas dan terbuka. Keempat, disiplin dalam mengelola makroekonomi.