KATADATA - Daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi masih menjadi magnet bagi investor Jepang. Bahkan, keputusan pemerintah memenangkan Cina untuk menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, tidak membuat investor Jepang menarik investasinya dari Indonesia.
Buktinya, berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dua Gubernur Prefektur di Jepang melakukan misi investasi ke Indonesia dalam satu bulan terakhir. Hari senin lalu (19/10), Kepala BKPM Franky Sibarani menerima kunjungan Gubernur Prefektur Aichi Hideakhi Ohmura. Sebelumnya, Gubernur Prefektur Okoyama Ryuta Ibaragi juga mengunjungi BKPM. Gubernur Okoyama menyampaikan minat perusahaan-perusahaan industri komponen asal Prefektur Okayama melakukan ekspansi ke Indonesia.
“Kunjungan ini penting karena menunjukkan bahwa minat investor Jepang untuk berinvestasi tetap tinggi,” kata Franky dalam siaran pers BKPM, Selasa (20/10). Dalam pertemuan dengan Gubernur Aichi, Franky mempromosikan perbaikan layanan investasi di Indonesia, seperti pelayanan izin investasi 3 jam dan kebijakan pengupahan buruh yang lebih pasti.
(Baca: Gagal Garap Kereta Cepat, Jepang Ditawari Proyek Infrastruktur Lain)
Adapun Gubernur Prefektur Aichi, Hideakhi Ohmura, menyampaikan perusahaan-perusahaan yang ada di wilayahnya tertarik berekspansi ke Indonesia. Selama lima tahun terakhir, tercatat 164 perusahaan, yang punya 200 pabrik, asal Prefektur Aichi telah beroperasi di Indonesia. “Jumlah tersebut berarti dua kali lipat dari lima tahun lalu,” kata Ohmura. Contohnya, Toyota Motor Corporation sudah beberapa kali memperluas pabriknya, dan saat ini membangun industri mesin otomotif di Jawa Barat yang ditargetkan beroperasi tahun depan.
Selain Toyota, perusahaan lain asal Prefektur Aichi akan mengerjakan proyek kereta massal MRT di Jakarta. Perusahaan tersebut bakal menyediakan 96 kereta bawah tanah bekerjasama dengan perusahan Indonesia. “Akan ada perusahaan manufaktur lain yang masuk,” imbuh Ohmura.
Berdasarkan data BKPM per 9 Oktober 2015, minat dan komitmen investasi Jepang mencapai US$ 22,6 miliar dalam setahun terakhir. Dari jumlah tersebut, yang sudah mengantongi izin prinsip mencapai US$ 10,1 miliar dengan jumlah proyek mencapai 8 proyek. Sementara minat yang dikategorikan serius nilainya mencapai US$ 3,06 miliar dari 19 proyek yang diharapkan dapat segera direalisasikan menjadi izin prinsip.