Resep Menkeu Hadapi Lonjakan Dana Keluar

KATADATA
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
Penulis: Muchamad Nafi
21/9/2015, 16.32 WIB

KATADATA ? Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mendorong penerbitan surat berharga negara (SBN) retail untuk meningkatkan kepemlikan investor dalam negeri. Ia ingin porsi investor domestik menyerupai Jepang yang mencapai 93 persen sehingga tidak terpengaruh jika ada dana asing keluar (sudden reserval) ke negara yang lebih aman (safe haven).

Bambang mengatakan penerbitan Obligasi Retail Indonesia (ORI), Sukuk Retail, atapun Saving Bond Retail merupakan salah satu langkah untuk memperdalam pasar domestik. Untuk itu, pemerintah terus meningkatkan besaran surat utang yang diterbitkan. Misalnya, tahun ini pemerintah menerbitkan ORI012 dengan tenor tiga tahun dan berkupon sembilan persen. Target pemerintah, penawaran ini bisa terserap Rp 20 hingga 25 triliun. Sasaran ini lebih tinggi dari ORI011 yang terserap Rp 21,2 triliun pada tahun lalu. Sementara pada 2013 dan 2012, nilainya baru Rp 20,2 dan 12,68 triliun.

?ORI dan Sukri adalah cara kami perluas basis domestik. Yang ritel kami naikan size-nya, maka kami bisa kurangi porsi lainnya. Tapi ini tidak bisa drastis dan mendadak,? kata Bambang saat menyampaikan sambutan dalam Pembukaan Masa Penawaran ORI012 di kantornya, Jakarta, Senin (21/9).

Menurutnya, dalam masa ketidakpastian ekonomi seperti saat ini, pendalaman pasar menjadi penting terutama untuk pembiayaan yang prudent. Inilah salah satu resep yang ia tawarkan untuk mengantisipasi lonjakan dana ke luar negeri. "Kami berharap lebih dari 50 persen kelas menengah berani masuk di luar perbankan. Idealnya lihat Jepang, dia berani utang besar karena tidak takut sudden reserval."

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Robert Pakpahan menyebutkan porsi investor domestik di SBN Ritel baru 8,83 persen pada tahun lalu. Dengan diterbitkannya ORI012, ia memprediksi porsinya mencapai 9 persen pada tahun ini. Bilia dibandingkan delapan tahun lalu, jumlah ini terus bertambah. Pada 2007, investor dalam negeri hanya satu persen.

Saat ini, investor asing yang menguasai Surat Utang Negara (SUN) Rupiah sebanyak 37,76 persen dengan nilai Rp 529 triliun di pasar sekunder. Sedangkan di pasar perdana, investor asing memegang SUN dalam mata uang asing sebanyak 26 persen.

Pada kesempatan ini, Bambang juga menyatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bisa diperkuat dengan penerimaan pajak yang tinggi dan pembiayaan dari investor dalam negeri. Ia berharap lembaga pembiayaan menawarkan produk yang risikonya bisa diterima investor. Apalagi, masyarakat merasa lebih aman menyimpan uang di bank daripada berinvestasi di pasar surat utang atau pasar modal. Jumlah kelas menengah yang besar, kata dia, semestinya dimanfaatkan lembaga keuangan.

Reporter: Desy Setyowati