KATADATA ? PT Badak Natural Gas Liquefaction (NGL) sedang mengalami kekurangan pasokan gas untuk produksi kilangnya di Bontang, Kalimantan Timur. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut minimnya pasokan ini karena mayoritas sumur gas di daerah tersebut sudah tua, sehingga produksinya pun rendah.
"Kondisinya memang berbeda seperti tahun 1970. Ada penurunan produksi karena sumur sudah tua," kata Direktur Pembinaan Program Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi kepada Katadata, Kamis (23/7).
(Baca: Kilang LNG Terbesar RI Terancam Kehabisan Gas)
Dia juga menyadari bahwa kilang Badak ini bisa bernasib sama seperti yang terjadi pada kilang Arun di Aceh. PT Arun NGL berhenti memproduksi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) pada tahun lalu karena kehabisan pasokan gas dari ExxonMobil.
Agar tetap bisa dimanfaatkan, sejak tahun ini PT Pertamina (Persero) mengubah fungsi produksi LNG di kilang Arun menjadi terminal penerima dan regasifikasi LNG. LNG ini didapat dari Blok Tangguh, Papua, untuk memenuhi kebutuhan gas di Sumatera bagian utara.
Agus pun tidak terlalu mengkhawatirkan jika hal ini terjadi pada kilang Bontang. Dalam hitungan bisnis, investasi yang dikeluarkan untuk kilang Bontang sudah tertutup (balik modal). "Tidak masalah jika bernasib sama seperti Arun, kalau investasinya sudah balik," ujar dia
Meski demikian, pihaknya tetap mengupayakan agar kilang tersebut bisa tetap beroperasi dan mendapatkan pasokan gas lembali. Beberapa proyek migas di sekitar Kalimantan akan mulai berproduksi dan akan bisa menjamin ketersediaan pasokan kilang Bontang. "Nanti ada proyek Muara Bakau yang dioperatori oleh ENI di lapangan Jangkrik. Ada juga Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) lainnya," kata Agus.
Badak NGL pun terus berupaya tengah mencari pasokan gas baru untuk mengamankan produksi LNG di kilang Badak, melalui dua cara yang akan dilakukan. Pertama, meningkatkan performa kilang dan efektivitas biaya. Upaya tersebut mulai membuahkan hasil. ?Kami akan sukses pada second life cycle,? kata Presiden Direktur Badak NGL, Salis S. Aprilian.
Kedua, berupaya mencari atau menambah pasokan baru gas di luar kontraktor migas yang selama ini menjadi pemasok gas kilang Badak. Saat ini ada tiga kontraktor yang merupakan pemasok gas untuk kilang Badak, yakni Total E&P Indonesie sebesar 81 persen, Vico Indonesia 16 persen dan Chevron Indonesia 3 persen.
(Baca: Tambahan Produksi dari Sumur Baru di Blok Mahakam)
Kilang Badak merupakan kilang gas terbesar dan tertua di Indonesia. Produksi kilang ini pernah mencapai puncak sebesar 22,5 juta metrik ton LNG pada 2001. Tapi setelah itu produksi Badak NGL terus menurun. Tahun lalu, produksinya hanya 18,2 juta metrik ton dan diperkirakan turun lagi pada tahun ini.
Sejalan dengan turunnya pasokan dan produksi LNG, Badak NGL telah mengurangi pengoperasian train (pengolahan) LNG dari delapan train menjadi empat train dalam lima tahun terakhir. Bahkan, tahun depan, Badak NGL hanya mengoperasikan tiga train.