KATADATA ? Realisasi pertumbuhan ekonomi pada semester I-2015 hanya sebesar 4,9 persen. Kinerja perekonomian selama enam bulan pertama tersebut lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,1 persen.
Turunnya harga komoditas di pasar internasional dinilai menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perekonomian melambat. Dampak turunnya harga komoditas tersebut, kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, telah menyebabkan provinsi-provinsi yang selama ini mengandalkan pada ekspor komoditas, seperti batubara, karet, sawit, dan hasil tambang lainnya ikut tertekan.
Sementara pemerintah tidak bisa mengandalkan investasi swasta di sektor manufaktur untuk mendorong perekonomian. Investasi swasta baru akan akan terasa pada tahun berikutnya. Makanya peran pemerintah harus sangat dominan dalam hal ini.
Salah satunya adalah dengan memastikan penyerapan anggaran belanja infrastruktur bisa maksimal. Namun, data Kementerian Keuangan menyebutkan, hingga 26 Juni serapan anggaran pemerintah pusat baru mencapai 33 persen. ((Baca: BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2015)
Serapan anggaran yang minim ini menjadi salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi semester I. Belanja pemerintah dianggap menjadi faktor utama peningkatan konsumsi dan investasi swasta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang melambat tahun ini.
?Ini (penurunan harga komoditas) yang harus kami siasati. Kalau kami lihat pelajaran tahun ini dan tahun depan, mau nggak mau peran pemerintah masih harus dominan,? ujar dia dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR, Senin (1/7) malam.
Melihat realisasi pada semester I tersebut, pemerintah pesimistis pertumbuhan ekonomi akan tercapai sesuai target dalam APBN-P 2015 sebesar 5,7 persen. Bambang memperkirakan ekonomi hanya akan tumbuh 5,2 persen. angka ini pun lebih rendah dari prediksi sebelumnya yang memperkirakan ekonomi masih bisa tumbuh 5,4 persen. (Baca: Pemerintah Asumsikan Ekonomi Paling Tinggi Tumbuh 5,4 Persen)
Pada semester II, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik menjadi 5,5 persen. ?Saya perkirakan, ekonomi semester 1 akan tumbuh 4,9 persen, dan menjadi 5,5 persen pada semester II. Proyeksi hingga akhir tahun 5,2 persen,? kata dia.
Bambang menuturkan, pemerintah berupaya mendorong daya beli masyarakat dengan menaikkan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) menjadi Rp 36 juta per tahun. Bank Indonesia (BI) juga mendukung dengan melonggarkan rasio agunan terhadap harga jual (Loan to Value/LTV) dan memberi insentif untuk bank yang menyalurkan kredit lebih dari 5 persen kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
(Baca: Percepat Infrastruktur, Presiden Siapkan Dua Aturan Baru)
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo juga menyampaikan, pertumbuhan ekonomi semester II diperkirakan lebih baik. Terutama, karena belanja pemerintah untuk infrastruktur diperkirakan akan naik, sehingga mendorong investasi dan konsumsi swasta. BI pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini pada kisaran 5 persen-5,4 persen tahun ini. (Baca: Sejumlah Lembaga Keuangan Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia)
?Progress ini kan akan berlangsung di kuartal III dan IV. Kalau ini (serapan belanja infrastruktur) terselesaikan, maka bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini bisa mendorong permintaan dari sisi ekonomi, akan meningkatkan investasi pemerintah dan mendorong konsumsi dan investasi swasta,? ujar Perry.