Kirim Batu Akik, Ekspor ke Swiss Melonjak

KATADATA
Ekspor Indonesia ke Swiss melonjak hingga 1.867 persen yang didorong oleh meningkatnya ekspor perhiasan, termasuk batu akik.
16/6/2015, 14.49 WIB

KATADATA ? Nilai ekspor Indonesia ke Swiss melonjak sepanjang Januari-Mei 2015 hingga 1.867 persen menjadi US$ 627,3 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Negara Kementerian Perdagangan Nuz Nuzulia mengatakan, kenaikan ekspor tersebut berasal dari produk perhiasan yang meningkat 36 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu menjadi US$ 199,7 juta.

?Ekspor ke Swiss meningkat, karena ekspor perhiasan meningkat, termasuk batu akik,? kata dia di kantornya di Jakarta, Selasa (16/6).

Dengan kenaikan ekspor tersebut, dia meminta, produsen batu akik atau perhiasan meningkatkan kualitas produknya. Produsen pun bisa mengeluarkan sertifikat keaslian produk guna memberi jaminan bagi konsumen.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, peningkatan ekspor ke Swiss seiring dengan upaya pemerintah melakukan dialog dengan negara di Pegunungan Alpen tersebut. Padahal, sebelumnya perdagangan Indonesia dengan Swiss mengalami defisit.

Upaya dialog semacam inilah yang akan terus dilakukan pemerintah guna mendorong ekspor ke negara lain. Terutama, ketika mitra dagang utama seperti Cina mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.

?Saya lihat memang harus aktif melakukan dialog dan membuka kerja sama antara Indonesia dengan Swiss,? tutur dia.

Selain Swiss, ekspor Indonesia juga meningkat ke beberapa negara mitra, seperti Tanzania sebesar 154,8 persen. Disusul Algeria dan Arab Saudi masing-masing 53 persen dan 21,1 persen. Juga, India 1,9 persen, Taiwan 5,1 persen, dan Malaysia naik 2 persen.

Ke India, peningkatan terutama pada ekspor bijih, kerak dan abu logam, perhiasan, serta besi dan baja. Sedangkan ke Malaysia, produk ekspor yang meningkat yakni kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO), tembaga, ikan, dan udang. Sedangkan ke Taiwan, ekspor yang naik yakni perhiasan, tembaga, dan timah.

?Karena dilarangnya (ekspor biji mineral) yang mentah, maka smelter (pabrik pengolahan dan pemurnian) akan mulai produksi makanya kerak dan debu makin banyak,? ujar Direktur Jenderal Luar Negeri Kemendag Partogi Pangaribuan.

Reporter: Desy Setyowati