Gubernur BI Kritik Cara Komunikasi Pemerintah

KATADATA
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
8/5/2015, 12.44 WIB

KATADATA ? Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengkritik cara pemerintah menyampaikan informasi ke masyarakat. Ada kesan antara satu institusi dengan intitusi lainnya berbicara ke media massa mengenai satu masalah, tapi dengan perspektif yang berbeda.

Padahal, komentar mereka tersebut dibaca dan kemudian menimbulkan persepsi yang buruk di mata investor. Akibatnya, banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki struktur ekonomi di dalam negeri tidak membuahkan hasil.

Dia mencontohkan, langkah pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 290 triliun pada akhir tahun lalu, yang kemudian dananya dialihkan untuk infrastruktur sempat direspons positif oleh pelaku pasar. Pemerintah diharapkan meningkatkan koordinasi secara internal sebelum menyampaikan informasi melalui media massa.

?Jangan berkoordinasi melalui media massa, kalau ada pejabat negara yang dekat dengan media. Saat ini banyak sekali yang dipelintir beritanya,? kata dia dalam peluncuran buku ?Kajian Stabilitas Sistem Keuangan? di kantornya, Jakarta, Jumat (8/5).

(Baca: Pembangunan Infrastruktur akan Dikebut)

Agus menyayangkan kalau persepsi positif yang sempat muncul di awal pemerintahan ini berubah karena politik dan media yang tidak berimbang. ?Jadi potensi kami hilang karena dipersepsikan buruk, karena hal ini, koordinasi menjadi hal yang sulit,? kata dia.

Menurut dia, selama ini koordinasi antara bank sentral dengan pemerintah sudah berlangsung baik. Di antara keduanya pun sudah ada pembagian tugas. Pemerintah bertugas mendorong pertumbuhan ekonomi dan memastikam reformasi struktural terus berlanjut, serta mengurangi kesenjangan sosial antara masyarakat miskin dan kaya.

Sementara BI akan tetap fokus pada stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. Mencermati kondisi sistem keuangan dan tantangan makro ekonomi ke depan. Dalam hal ini, BI akan fokus pada dua hal, yakni memitigasi risiko ketidakseimbangan keuangan dan menjaga kecukupan likuiditas serta pendalaman pasar keuangan.

Reporter: Desy Setyowati